Orang yang berperan pemarah, akhirnya juga terbiasa menjadi marah-marah dalam kehidupan kesehariannya. Menurt para pakar pemberdayaan diri, state of mind itu merupakan kesatuan antara Thinking, Feeling, dan Physiology dapat menjelaskan mengenai hal itu.
Maka, seseorang yang pernah atau sering berperan dalam sesuatu, meski peran itu bukan adegan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, namun aktivitas pemicu diotak itu sama dengan sesungguhnya, maka semakin sering dilakukan, serabut-serabut otak semakin tebal dan semakin memicu tindakan.
Di era alam aquarian hampir semua rahasia alam sudah diungkap oleh sisi kesempurnaan daya cipta karsa manusia. Manusia telah mendekati kekuatan penciptaan. Kekuatan itu bertambah ketika jumlah manusia yang mengamini sesuatu itu untuk terjadi pada alam nyata, walau praktiknya hanya melihat atau membaca tulisan, gambar maupun lambang.
Dan termasuk salah satu sarananya, bisa melalui buku, status dan kometar di media sosial, yang bisa menjadi salah satu dari sekian hal yang mengundang terjadinya kenyataan. Apalagi yang ditulis itu disertai intuisi yang disertai proses pribadi yang selalu mencari kesejatian.
Baiknya Di-‘blur’
Ternyata bukan hanya nama yang mengandung doa. Foto juga mengandung doa. Karena itu hati-hati dengan foto yang dipublikasikan. Terutama bagian yang menampakkan yang “ngeri” sebaiknya di-blur. Karena menurut orang-orang tua, ucapan bisa menjadi kenyataan. Atau dalam keyakinan jawa, jika pas ada wali lewat.
Dulu, kejadian ini sempat saya tulis dalam status di Facebook yang mengundang komentar teman-teman. Bahkan ada yang inboks mengajak mengajak foto bersama dengan adegan membawa uang setumpuk.
Menurut para praktis pemberdayaan diri, apa yang saya lakukan itu termasuk law attraction. Maka foto-foto yang ditayangkan dalam buku sebaiknya yang baik-baik saja. Foto seperti model ditusuk leher dengan golok itu, perlu di-blur, atau dinetralkan melalui selamatan.