Lebih lanjut, Bripka Puguh menjelaskan yang paling sulit adalah ketika  mengajarkan teknik tersebut kepada anak tuna netra, karena dengan kebutuhan khusus tersebut untuk tehnik ecoprint butuh bimbingan ekstra.

“Intinya harus, sejak awal sudah saya niatkan untuk mengabdi kepada mereka. Sengaja saya pilih teknik ecoprint ini, harapannya kelak saat mereka dewasa bisa menjadi bekal mereka, siapa tahu bisa dikembangkan hingga menjadi ecoprinting batik,” ungkap Bripka Puguh.

Selain mengajarkan teknik ecoprinting kepada anak-anak disabilitas, Bripka Puguh juga mengajar para orang tua mereka namun dengan tehnik yang berbeda. Jika anak-anak diajari ecoprint dengan teknik founding, maka ibu-ibu diajari dengan metode kukus.

“Jadi saat para orang tua menunggu anaknya di sekolah, mereka juga mendapatkan pelatihan harapannya semoga bermanfaat, paling tidak bisa menambah pengalaman mereka,” beber Bripka Puguh.

Menurut Bripka Puguh, kalau Kapolri Punya Program Presisi, polisi Blora ini bersama anak-anak penyandang disabilitas Yayasan Insan Mandiri Blora Selatan “Ecoprint Presisi” yaitu dipres dari segala sisi, karena proses pembuatannya dengan menekan dari semua sisi.

Dibangun Sekolah SLB

Lebih lanjut, Bripka Puguh menyampaikan bahwa dirinya mengaku sudah enam tahun mendampingi anak – anak difabel Yayasan Insan Mandiri Blora Selatan,  dalam jangka waktu enam tahun tersebut, banyak pengalaman yang didapatkan salah satunya adalah kendala komunikasi dengan anak-anak difabel.