Awalnya Mereka Takut pada Polisi

Awalnya tahun 2016 hingga saat ini, setiap Sabtu dan Minggu berakhir dengan waktu langsung ke Yayasan Insan Mandiri Randublatung untuk mengajar anak-anak difabel. Meski awalnya takut dengan polisi, dengan kesabaran, anak-anak itu menerima Bripka Puguh menjadi sosok Polisi sahabat bagi anak difabel untuk belajar bersama.

Meski dengan fasilitas dan dana yang minim, Bripka Puguh rela mengeluarkan uang milik pribadinya untuk keberlangsungan pendidikan anak difabel tersebut. Awal tahun ini, Bripka Puguh mendapat terobosan baru bagi anak asuhnya di Yayasan difabel tersebut, yaitu pelatihan Ecoprint.

Ecoprint adalah salah satu teknik membuat pola di atas kain dengan bahan alami termasuk proses pewarnaannya.

Adapun bahan-bahannya seperti daun Jati, daun kersen, daun jarak, daun singkong, daun ketela, daun kamboja, serta lainnya yang dilihat memiliki motif indah.

Sedangkan untuk pewarnanya adalah dari pewarna alami dengan bahan baku kayu secang atau akar mengkudu ataupun kulit mahoni.

Setiap Sabtu dan Minggu Bripka Puguh mengunjungi anak asuhnya di Randublatung, yang saat ini untuk kegiatan di gedung bangunan yang dulunya Sekolah Dasar Negeri 5 Wulung Randublatung.

Menurutnya, gedung SD tidak terpakai maka pihak Yayasan mengajukan permohonan kepada  Pemerintah Kabupaten  Blora untuk memakai gedung tersebut.

Difabel Bisa Ecoprint

Dengan sabar Bripka Puguh mengajari teknik ecoprint bersama dengan guru lainnya. “Setiap anak berkebutuhan khusus mulai dari tunarungu, tunawicara, tunanetra serta lainnya mendapat pelatihan teknik ecoprint tersebut,” ucap Bripka Puguh.