blank
Napi Lapas Semarang tengah mengikuti kegiatan mengaji di Masjid At Taubah Lapas Semarang. Foto: Dok/Humas Lapas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Walaupun berada di balik penjara, tidak membuat narapidana (napi) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Semarang menjadi mati suri. Mereka terus mengasah ilmu keagamaan dalam hal mengaji.

Mulai pukul 07.30 WIB, napi sudah disibukkan dengan kegiatan senam bersama. Senam ini dipusatkan di lapangan serbaguna Lapas Semarang.

Setelah selesai senam, para napi melaksanakan salat dhuha yang dilanjutkan dengan pengajian kelas Iqra dan Alqur’an.

Kegiatan mengaji, selain dipusatkan di Masjid At Taubah Lapas, juga dilakukan pada masing-masing pendopo padepokan blok mulai dari padepokan Abimanyu hingga Lesmana yang berjumlah dua belas blok hunian.

Kepala Lapas Semarang, Tri Saptono Sambudji menuturkan, kegiatan mengaji ini digelar setelah pelaksanaan salat dhuha bersama. Tujuannya selain untuk bekal agama, para napi juga diberikan program khusus pendidikan baca Alqur’an secara tepat dan cepat agar setelah mereka bebas mereka bisa membaca Alqur’an dengan baik.

“Setiap pagi kita rutinkan olahraga, lalu salat dhuha, yang dilanjutkan ngaji bersama. Ini untuk mengurangi niat jahat dan membekali narapidana. Beberapa penghuni Lapas dibagi menjadi beberapa kelompok karena masih banyak yang belum lancar membaca Alqur’an,” ungkap Kalapas, Sabtu (18/6/2022).

“Libur hari minggu. Jadi, enam hari dalam sepekan mereka disibukkan menjadi santri, bukan menjadi orang jahat,” tandasnya.

Tri Saptono mengatakan, untuk guru mengaji sendiri biasanya diminta dari kalangan napi sendiri. Mereka yang sudah bisa membaca ayat suci Alqur’an serta Iqra diminta mengajari temannya yang belum pandai membaca Alqur’an.

Selain itu, pihak Lapas juga mendatangkan guru agama dari luar Lapas atas rekomendasi dari Kementerian Agama Kota Semarang.

“Baik tahanan maupun narapidana, bagi yang muslim dituntun untuk bisa mengaji, karena itu mereka yang belum bisa membaca Alqur’an kita bimbing untuk membaca Alquran,” kata Kalapas.

Kalapas berharap kepada masyarakat umum untuk bisa merangkul mantan napi yang telah menyelesaikan masa hukumannya. Agar para mantan napi tersebut bisa berbaur kembali ditengah-tengah lingkungan masyarakat dengan baik.

“Kami berharap masyarakat bisa menerima mereka, hilangkan stigma negatif terhadap mantan napi, agar mereka tidak kembali berbuat kesalahan,” tandasnya.

Dinoyo (45), napi terpidana kasus pembunuhan 15 tahun ini mengatakan, selama di dalam Lapas dirinya banyak mengalami perubahan, bisa lebih dekat kepada Allah SWT.

Napi yang sebentar lagi akan bebas ini berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.

“Saya sangat bersyukur karena Lapas bisa disulap menjadi pondok pesantren yang nuansanya sangat Islami. Saya berharap bisa belajar baca Alqur’an dan lebih mendekatkan diri pada Allah SWT. Setelah bebas nanti saya akan menjadi imam yang baik bagi keluarga dan contoh yang baik bagi masyarakat,” ucapnya.

Ning Suparningsih