SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen mengapresiasi Jamaah Gabungan Garwa dan Wanita Semarang (Jaga Gawang) Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja), atas sinergitas untuk menyebarkan dan mengamalkan ajaran Aswaja. Bukan hanya itu, Jaga Gawang juga diapresiasi lantaran terus mengobarkan semangat berjuang dan cinta Tanah Air.
“Jaga Gawang atau benteng kalau di sepakbola supaya tim menang gawangnya harus dijaga agar tidak jebol. Kalau Jaga Gawang ini yang jaga ahlussunnah wal jamaah di Kota Semarang. Dan syukur alhamdulillah saya senang menjadi tuan rumah acara Jaga Gawang Aswaja,” kata Taj Yasin saat memberikan sambutan Waosan Burdah dan Halal Bihalal bersama Majelis Dzikir dan Salawat Jaga Gawang Aswaja di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Minggu (12/06/2022).
Melalui acara bertajuk “Meneguhkan Ahlilussunah Wal Jamaah dalam Kehidupan Berkeluarga Bernegara” itu, diharapkan para perempuan tergabung di Majelis Jaga Gawang Aswaja turut menjaga dan mengamalkan Aswaja atau ajaran Islam yang sesuai ajaran Nabi Muhammad berikut amalan yang dikerjakan oleh sahabat-sahabat Rosulullah.
“Semoga ke depan para ibu nyai, ning, dan perempuan di kabupaten dan kota di Jateng atau selain di Kota Semarang, juga dapat mempengaruhi (bersinergi) pemerintah daerah kabupaten dan kota masing-masing. Apalagi sekarang Jaga Gawang Aswaja sudah naik levelnya ke Provinsi Jateng. Ini diharapkan benar-benar menjadikan Jaga Gawang istiqomah,” harapnya.
Dalam kesempatan tersebut, wakil gubernur yang akrab disapa Gus Yasin, mengaku terharu dan bangga ketika para jamaah Jaga Gawang menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dilanjutkan mars Ya Lal Wathon. Ia berharap, nyanyian lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu identitas Nahdlatul Ulama pada awal kegiatan, menjadikan Jaga Gawang Aswaja senantiasa mengobarkan semangat berjuang dan cinta Tanah Air Indonesia.
Ia menjelaskan, syair dan lirik lagu Ya Lal Wathon ditulis oleh tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, KH Wahab Chasbullah. Mars yang menjadi lambang perjuangan gerakan NU dan nasionalisme itu, sengaja diciptakan dan dikumandangkan sebagai penyemangat masyarakat NU saat berjuang mengusir penjajah. Termasuk oleh KH Zubair yang saat itu mengajar di madrasah salafiyah Sarang Rembang.
“Mbah Zubair saat mengawali pengajian maupun pelajaran di sekolah, pasti melantunkan lagu Ya Lal Wathon. Pada masa itu kita sedang dijajah, sehingga lagu Ya Lal Wathon untuk menyemangati para murid dan jiwa nasionalisme mengusir penjajah. Yang menarik, ketika mbah Zubair melantunkan lirik terakhir Ya Lal Waton ada bacaan berjanjen,” bebernya.
Habib Novel Alaydrus mengatakan, lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Waton merupakan irama yang memberikan semangat dan menjadi salah satu ciri, style atau gaya dari Aswaja. Dijelaskan bahwa Aswaja itu hidup atau tidak mati, tidak kaku, fleksibel, dan cinta dengan seni syar’i.
“Makanya kalau kita lihat ahlussunah wal jamaah, apalagi ibu-ibu Muslimat dan Jaga Gawang menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Waton, masya Allah menyentuh hati,” katanya.
(hery priyono)