blank

Oleh : Hadi Priyanto

Saya tertarik untuk mengunjungi kuil Ranganathaswamy, kuil Hindu yang dipersembahkan untuk Ranganatha, yang terletak di Srirangam, Tiruchirapalli, Tamil Nadu, India.

blank
Kompleks Kuil Srirangam (Foto: Hadi Priyanto)

Sebab kuil yang dibangun dengan gaya arsitektur Dravida ini bukan saja memiliki perbedaan unik di antara 108 Divya Desams yang didedikasikan untuk Wisnu, tetapi juga menjadi kuil Hindu terbesar di dunia.

blank
Kuil berlapis emas (Foto: Hadi P)

Dari apartemen saya menginap saya memilih naik auto atau bajai. Untuk satu kali jalan biayanya 200 Ruppe. Beruntung Gunabalan, pengemudi Bajai yang yang saya naiki sangat ramah dan baik. Bahkan saat saya harus melepas sepatu ketika akan memasuki kuil ia menawarkan diri untuk menyimpannya.

blank
Kuil berlapis emas (Foto: Hadi P)

Bukan hanya itu, ketika ia melihat kaki saya yang telanjang tidak kuat menahan panasnya jalan beraspal, Gunabalan bergegas meminjamkan sandalnya. Ia mengantarkan saya memasuki gapura kuil dan mengambil sandalnya kembali.
Saat memasuki kuil bersama pengunjung lainnya, saya harus menyusuri jalan kecil di sebelah kiri gapura utama. Siang itu banyak peziarah dan juga pengunjung yang melakukan ritual keagamaan.

BACA JUGA Kuliner India, Perpaduan Rempah dan Enam Rasa Utama (Catatan Perjalanan Bag: 3)

Saat akan masuk ke ruang pertama, saya bertemu dengan Govindaraj. Ia seorang pemandu dari Tamil Nandu Tourism. Setelah menyapa dan memperkenalkan diri, ia menyampaikan sejumlah aturan saat berada did alam kuil. Ia juga menanyakan kepada saya apakah ingin mengambil foto dari lantai dua yang pemandangannya bagus, sebab bisa melihat deretan kuil dan gapura yang ada di Srirangam. Namun ada biayanya sebanyak 50 rupee yang harus dibayarkan kepada petugas diloket.

Kompleks candi ini menempati area seluas 63 ha dengan 81 kuil, 21 menara, 39 paviliun, dan banyak tangki air terintegrasi ke dalam kompleks sehingga menjadikannya sebagai candi Hindu terbesar yang berfungsi di dunia. Kota kuil ini adalah situs arkeologi dan prasasti yang penting. Sebab menyediakan jendela bersejarah ke dalam masyarakat dan budaya India Selatan pada masa lampau.

Situs keagamaan ini mencakup dua kuil utama, satu untuk Wisnu sebagai Ranganatha, dan lainnya untuk Siwa sebagai Jambukeshvara. Letaknya berada di sebuah pulau besar yang dibatasi oleh Sungai Kaveri dan Sungai Kollidam.

BACA JUGA Benteng Batu Malaikottai di Trichy, Tempat Dewa Ganesha Bersemayam (Catatan Perjalanan Bag – 2)

Monumen candi terletak di dalam lima selungkup dalam kompleks, dikelilingi oleh ruang tamu dan infrastruktur di dua selungkup luar. Banyak gopuram menghubungkan Sapta-Prakaram pagar yang memungkinkan peziarah dan pengunjung mencapai tempat suci dari berbagai arah.

Menurut literatur Kuil ini dikelilingi 7 selungkup konsentris dengan halaman (disebut prakarams atau mathil suvar). Setiap lapisan memiliki dinding dan gopuram, yang dibangun atau dibentengi pada dan setelah abad ke-16. Total tembok ini 32.592 kaki atau lebih dari enam mil. Kuil itu memiliki 17 besar gopurams, 39 paviliun, 50 kuil, 9 kolam air suci, Ayiram Kaal Mandapam (aula dengan 1000 pilar) dan beberapa badan air kecil di dalamnya.
Candi ini sejajar dengan poros utara-selatan dan timur-barat, di sebuah pulau yang dikelilingi oleh Sungai Kaveri. Sungai tersebut telah lama dianggap suci, dan disebut sungai Daksina Ganga atau “Gangga di Selatan”. Dua bagian luar prakarams (halaman luar) adalah pemukiman dan pasar dengan toko-toko, restoran, dan kios bunga.

Lima halaman dalam memiliki tempat suci untuk Wisnu dan berbagai miliknya avatar seperti Rama dan Krishna. Kuil-kuil besar juga didedikasikan untuk dewi Lakshmi dan banyak orang suci Vaishnavisme. Secara khusus, kuil-kuil ini merayakan dan memperingati penyair-santo dan filsuf Tamil yang disebut Alvars, serta filsuf Hindu seperti Ramanuja dan Manavala Mamunigal dari Sri Vaishnavisme tradisi.

BACA JUGA Mengunjungi Trichy, Kota Batu Suci di India. (Catatan Perjalanan : Bag. 1 )

Kompleks candi mencakup lebih dari 50 kuil. Kuil utama untuk Ranganatha ada di halaman paling dalam. Tempat suci itu memiliki emas vimanam (menara mahkota di atas tempat suci). Bentuknya seperti orang Tamil omkara (simbol om), menunjukkan Paravasudeva antropomorfik pada atap pelana, memiliki ukiran Ramanuja juga di atasnya, dan dilapisi dengan emas.

Di dalam, bangunan Sri Ranganthar setinggi 6 meter (20 kaki) bersandar Adisesha, ular melingkar, bisa dilihat. Adisesha memiliki lima tudung dan digulung menjadi tiga setengah putaran. Kepala Wisnu bertumpu pada bantal silinder kecil dan telapak tangan kanannya yang menghadap ke atas bertumpu pada kepalanya.

Ada 21 gopurams, di antaranya yang menjulang tinggi Rajagopuram (Kuil gerbang utama) adalah menara kuil tertinggi di Asia. 13 tingkat Rajagopuram dibangun pada tahun 1987 oleh Ahobhila Matha, sebuah biara Hindu Srivaishnava yang bersejarah. Menara ini mendominasi lanskap bermil-mil jauhnya, sedangkan 20 gopuram yang tersisa dibangun antara abad ke-12 dan awal abad ke-17.

Kota Kuil Ranganathaswamy memiliki lebih dari 800 prasasti, yang hampir 640 di antaranya berada di dinding dan monumen kuil. Prasasti tersebut telah menjadi sumber informasi tentang sejarah, budaya, ekonomi dan peran sosial India Selatan. Ini berkisar dari akhir abad ke-9 hingga sejarah terakhir dari abad ke-16.

Disamping itu kuil ini memiliki monumen kayu yang dirawat secara teratur dan digunakan untuk prosesi pesta. Ini memiliki ukiran rumit dari legenda Hindu, dan beberapa dilapisi dengan kertas perak atau emas. Yang paling penting dari kereta candi adalah Garuda vahana, Simha vahana, Yanai vahana, Kudirai vahana, Hanumantha vahana, Yazhi vahana, Sesha vahana, Annapakshi vahana, Otrai vahana dan Prabhai vahana.

Berkunjung ke kuil Ranganathaswamy, saya menyaksikan betapa kekayaan budaya dunia ini terawat dengan baik, bukan saja sebagai tempat ibadah umat Hindu tetapi juga bisa menjadi sumber inspirasi bagi semua bangsa untuk setia menjaga dan melestarikan budayanya. Kuil ini bukan hanya bangunon kuno yang mati, tetapi mampu menghidupkan dan mengggerakan spiritualitas umatnya. Juga mengembangkan bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan seni budaya.

Penulis adalah pegiat budaya Jepara dan wartawan SUARABARU.ID.