Karena hamba yang dekat kepada-Nya, tidak minta pun diberi. Guyonan beliau, ibarat orang dekat penguasa, tidak mengajukan proposal pun diberi proyek. Dan yang tidak ada kedekatan, terlebih lagi “beda gambar”, prosesnya bisa lambat, atau tidak disetujui.
Konsep “mendekat” diyakini lebih punya power dibanding meminta. Meminta yang diserati “ngotot”, lebih efektif melalui jalur PDKT (pendekatan), bahkan dari itu bisa “berbuntut panjang” yang berkaitan pemberian hadiah dalam bentuk yang lain.
Tenaga Dalam
Dalam proses “mencari” saya bertemu banyak guru. Misalnya, saya bertemu guru yang rasakan ada yang ganjil pada dirinya, karena beliau (masih) mengajarkan beladiri, kanuragan kepada anak-anak muda. Ketika saya tanyakan soal itu, beliau mengaku sedang “menyamar” untuk suatu misi.
Karena saat itu anak muda sedang gandrung tenaga dalam, maka dia mengajarkan tenaga dalam karena sarana itu efektif untuk mendekati kalangan muda. “Saya ikuti selera mereka dulu. Target saya, jika mereka sudah tingkat pendekar, akan saya kenalkan ajaran tarekat (tasawuf). Tutur beliau.
Dan mereka yang sudah tahap tarekat, tanpa diperintah pun, ilmu kesaktiannya mulai ditinggalkan. Namun demikian, bukan berarti tenaga dalamnya tidak aktif, bahkan lebih powerful dan terarah.
Ada mekanisme menarik power metafisis yang tanpa cara meminta, namun Allah berikan. Terbukti, ketika murid-muridnya minta diajarkan jurus beladiri, guru yang tidak pernah belajar beladiri, itu mampu mengajarkan kepada muridnya.
Disebutkan, jurus-jurus yang diajarkan itu bersumber dari dorongan mata hati, dan hasilnya, secara teori dibenarkan para ahli (beladiri), sesuai standar dunia persilatan, bahkan sebagiannya merupakan gerakan yang belum dikenal.
Inikah yang disebut laduni? Guru itu menjelaskan tentang rahasia hati. “Orang yang berupaya melatih dan manjaga hati dengan banyak mengingat (zikir) kepada-Nya, maka dia menjadi peka dengan cahaya-cahaya (nurullah) yang bertebaran memenuhi alam semesta ini.
Namun, aktivitas zikir itu menjadi kurang berarti ketika tidak diimbangi “melawan” nafsu dan mencegah yang dilarang. Karena fungsi dari zikir untuk mencuci hati. Artinya, walau setiap saat dicuci, jika setiap saat masih dikotori, hasilnya pun kurang berarti.
Untuk memahami konsep “mendekat” ini, saya pernah mengikuti pelatihan sejenis yang cenderung pada hakikat (namun) tanpa syareat. Dari kalangan ini, saya melihat ada sisi plus berkaitan dengan hubungan antarsesama (hablum minannas).