Oleh: Ustadz M. Arifin Ilham
RAMADAN merupakan bulan penuh keberkahan, dimana setiap umat muslim dianjurkan untuk menahan lapar, haus dan nafsu.
Pada saat bulan penuh suci inilah tubuh mengalami revitalisasi rohani terhadap jasmani.
Saat puasa Ramadan, tubuh kita memang mengalami kelaparan, namun sesungguhnya rohani kita kenyang.
“Jasad kita dipuasakan tapi ruh kita diberi makan. Lapar, haus tapi rohani kenyang. Saat puasa terjadilah proses perohanian jasmani, revitalisasi rohani terhadap jasmani”
Bila di luar bulan Ramadan orang-orang berlomba-lomba untuk memenuhi hawa nafsu mereka, nafsu dijadikan sebagai imam, saat bulan Ramadan tiba, justru rohanilah yang menjadi imam.
Inilah salah satu makna diturunkannya bulan Ramadan. Allah ingin mengajarkan kepada seluruh manusia bahwa inti kekuatan seharusnya adalah iman, bukan menuruti kemauan perut dan di bawah perut.
Seringkali keinginan manusia untuk selalu menuruti kehendak perut dan di bawah perut membawa manusia itu dalam kesesatan.
Berbagai sifat buruk pun semakin menguasai diri hingga akhirnya menjadi manusia yang paling merugi.
“Ternyata Allah ingin mengajarkan kepada kita kekuatan inti itu adalah harusnya iman, harusnya ruh bukan jasmani yang bersifat hewaniah yang targetnya perut dan di bawah perut, materialisme. Di bawah perut hedonisme, serakah, bakhil, culas, jahat, zolim, maksiat hanya karena perut dan dibawah perut”
Oleh karena itu, dengan hadirnya bulan Ramadan diharapkan bisa menjadi rem bagi manusia untuk bisa mengendalikan diri. Selama satu bulan penuh melatih kekuatan rem pengendalian diri agar setelah bulan Ramadan mampu menguasai nafsu
Jaga dari pengendalian yang halal. Halal saja dikendalikan apalagi yang haram. Kalau halal sudah bisa terkendalikan apalagi yang haram. Alangkah kuatnya rem orang beriman.
Ustadz M. Arifin Ilham, dikutip dari Suara.com (ceramah akun Instagram @kh_m_arifin_ilham tahun 2019.