WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Aksi demo massa para warok (seniman reog) Indonesia, termasuk yang berlangsung di Kabupaten Wonogiri, Selasa sore (13/4), perlu ditindaklanjuti demi mencapai tuntasnya keberhasilan tuntutan.
Yakni tuntasnya perjuangan sampai mendapatkan pengukuhan internasional dari UNESCO, bahwa Reog Ponorogo sebagai budaya Indonesia untuk disahkan menjadi warisan dunia.
Budayawan Jawa peraih Anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto MM, mengapresiasi aksi demo massa para warok tersebut. ”Tapi itu harus ditindaklanjuti dengan perjuangan ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), untuk mendapatkan pengukuhan secara internasional, bahwa reog adalah budaya bangsa Indonesia, bukan budaya Malaysia,” tegasnya.
Pranoto, budayawan Jawa yang juga abdi dalem Keraton Surakarta ini, minta, agar tindaklanjut tersebut sampai berhasil mendapatkan pengukuhan sah dari UNESCO, sebagai lembaga dunia Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya.
Itu, tandas Pranoto, sebagaimana pada Keris, Wayang, dan Batik sebagai budaya aseli Indonesia yang telah dikukuhkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda a Masterpiece of The Oral and Ingtangible Heritage of Humanity.
Pranoto menyatakan, pada Tahun 2005 Keris Indonesia resmi diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia non-bendawi. Sebelumnya, pada Tahun 2003 UNESCO mengukuhkan Wayang Indonesia dan Tahun 2009 mengukuhkan Batik Indonesia.
Perjuangan untuk mendapatkan pengukuhan ke UNESCO hendaknya jadi prioritas. Sebab, Malaysia sejak lama berambisi kesenian Reognya yang dipopulerkan sebagai Barongan, diperjuangkan untuk memperoleh pengukuhan sebagai warisan dunia dari UNESCO.
Dubes Malaysia
Klaim Malaysia agar kesenian Barongan dikukuhkan oleh UNESCO, dengan mendasarkan kenyataan bahwa kesenian tersebut telah berkembang sejak lama di Negeri Jiran. Ini berkait dengan warga Ponorogo Indonesia yang telah lama hijrah ke Malaysia, dan membuat reog dan menumbuhkembangkan kesenian itu di sana.
Sejarah mencatat, Bupati Wonogiri (2000-2010) Kanjeng Pangeran Arya Adipati (KPAA) Sura Agul-agul Begug Poernomosidi Candra Kusuma Andana Warih, pernah dua kali menggelar demo besar-besaran untuk memprotes reog yang diklaim sebagai budayanya Malaysia.
Pertama, aksi demo para warok seluruh Indonesia pada Tanggal 9 Nopember 2007 ke Kedubes Malaysia di Jalarta. Kedua, pada Tanggal 30 Agustus 2009 demo di Alun-alun Kabupaten Wonogiri.
Meski demikian, Malaysia masih berulah lagi, karena belakangan ini mengklaim kembali bahwa reog sebagai budayanya, yang itu diajukan untuk memperoleh pengukuhan dari UNESCO. Ulahnya itu, disambut aksi demo secara besar-besar di Ponorogo, Jatim, bersama di sejumlah kota dan kabupaten di Tanah Air.
Termasuk di Kabupaten Wonogiri, daerah yang dikenal sebagai wilayah yang banyak memiliki potensi kesenian reog, Selasa sore (12/4), menggelar aksi demo di Alun-alun Giri Krida Bakti. Tampil ‘nyepuhi’ (memimpin) aksi demo massa warok ini, Ir Joko Purnomo MH (Anggota DPRD Jateng dari Wonogiri).
Warok Joko Skansa-Smegi, yang berpengalaman main reog di Singapura, Cina, Belgia dan Perancis, menyatakan, dokumentasi aksi demo para warok Wonogiri Selasa (12/4) segera dikirimkan ke Ponorogo guna mendukung kelengkapan referensi dalam kiat memperjuangkan agar Reog Indonesia mendapatkan pengukuhan sebagai warisan dunia dari UNESCO.
Para Warok Wonogiri berharap, Pemerintah Ponorogo dan Gubernur Jatim bersama semua komponen terkait, termasuk pemerintah pusat dalam hal ini Menko PMK, hendaknya peduli memprioritaskan penuntasan perjuangan kesenian Reog segera mendapatkan legalitas pengukuhan secara internasional dari UNESCO.
Bambang Pur