blank
Ilustrasi. Fot: Ist

Amir Machmud NS

Di Pelataran Ramadan

kita kembali tiba di pelataran Ramadan
dan, sorongkanlah jiwa
sepenuh ikrar tak henti mendaki
selambat apa pun
menapak tangga demi tangga
ikhlas menautkan rasa

lalu kau sambutlah
mungkin belum kita selesaikan rencana-rencana
telah dia kirim pesan syahdu

dan bergairahlah
dari ujung ke ujung subuh
dari titik ke titik cahaya
menyiram jiwa-jiwa
: seelok apa lagi terang yang bisa kau bandingkan?

jangan ragu menyibak tirai
bukalah jendela
memandang ke hamparan terbuka
ada kaca di jauh sana
benderang menceritakan semua
meraih abadi cahaya-Nya.
(28-03-2022)

Perca Rasa di Langit Muram

kutoreh catatan di sederet awan pagi
dengan kerak kopi yang menyisakan wangi
menjadi berparagraf-paragraf narasi
hanya tentang kebesaran-Mu

hasratku menandai langit yang menyajikan perca-perca rasa
menjadi timbunan sunyi
dengan berbait-bait ungkapan
hanya tentang keagungan-Mu

awan seperti mengendapkan perjalanan menunggu torehan kisah
tentang fragmen-fragmen gelisah
menekuni wajah langit
mencari cahaya-Mu

bahasa maknakah yang bertabur?
tak mampu aku membacanya
rasa hanya tawakal bersoja
menggumam sepenuh pasrah…
(30-03-2022)

Syahdu, Rindu, Kelu …

kurindukan ziarah syahdu
menjelang Nisfu Syakban
menemuimu di terang tanah makam

aku hadir, ibuku
ada aku, ayahku
pasti kalian menungguku bukan?

pori-pori meremang teraba denyut cinta
pada tiap Ramadan tiba
kuyakin pula di sana kau berceritera
hanya yang baik-baik tentang anakmu

kau resapikah angin pekuburan mengusik resah
: untuk siapa aku pulang di malam takbir nanti?
siapa yang berbinar merekahkan cahaya rumah ini
yang menebar terang di hari-hari silaturahmi?
kepada siapa aku hamparkan elok Idul Fitri?

kubenamkan sepenuh haru biru
ziarah yang menghadirkan bara rindu
pun yang merintihkan beku kelu.
(2022)

blankPuisi-puisi Amir Machmud NS telah terantologikan dalam empat buku, Tembang Kegelisahan (2020), Percakapan dengan Candi (2021), Kematian, Setiap Kali (2021), dan Dari Peradaban Gunadarma (2021). Kini dia sedang menyiapkan antologi Melihatmu Menyiram Bunga-bunga.

Selain dimuat di sejumlah media, puisi-puisi wartawan yang tinggal di Semarang ini juga tergabung dalam beberapa antologi bersama.