blank
Foto: dok/sharechat

Oleh: Amir Machmud NS

// telah cukup dia memuliakan/ telah cukup dia membahagiakan/ lebih dari apa pun dia memberi/ saatnya bergembira/ saatnya bersenang-senang/ biarlah maharaja muda menerima mahkota…//
(Sajak “Melepas Mahkota Maharaja”, 2022)

BAHKAN andai Lionel Messi mampu membawa Paris St Germain menjuarai La Liga musim ini…

Bahkan andai Cristiano Ronaldo mampu mengamankan posisi Manchester United di zona Liga Champions hingga akhir musim Liga Primer…

Dan, sisa-sisa kebesaran dua pemain ini tidak lagi mampu menyelamatkan klubnya ke babak-babak lanjut Liga Champions, kompetisi yang telah menorehkan catatan, kisah-kisah luar biasa, dan sejarah bagi mereka.

Sudah betul-betul habiskah waktu untuk Messi dan Ronaldo malang melintang dalam atmosfer singhasana tertinggi sepak bola dunia?

Tahun lalu, ketika trofi Ballon d’Or masih bisa dibendaharakan oleh Leo Messi, artinya dia masih diakui sebagai maharaja. Akan tetapi, dengan beragam pro-kontra, itukah isyarat La Pulga dan CR7 sudah harus menerima realitas suksesi dari nama-nama yang selama ini membayangi?

Legenda Inggris yang kini menjadi pandit, Gary Neville, tak ragu menyatakan, orbit puncak dua maharaja itu sudah berakhir, walaupun dengan performa kebugarannya masih bisa bermain untuk tiga sampai empat tahun mendatang.

Singgasana kemaharajaan sudah saatnya diambil alih oleh sang “putra mahkota”. Bisa Kylian Mbappe, bisa Erling Haaland, bisa Mohamed Salah, atau Robert Lewandowski. Mungkin pula Karim Benzema.

Bahkan saya berpikir, sejumlah nama lain juga punya potensi untuk menyeruak di tengah kemungkinan-kemungkinan yang terbuka.

Bukankah Inggris pernah begitu menggadang-gadang Phil Foden, gelandang serang Manchester City yang dipuji pelatihnya, Pep Guardiola punya “kualitas tidak di bawah Messi?”

Spanyol juga menyimpan harapan besar pada Pedri Gonzales, yang oleh Xavi Hernandez disebut-sebut sebagai talenta muda terbaik dunia saat ini. Pun ada Gavi, Ruiqi Puig, atau Ansu Fati.

Dari Brazil dan Argentina, yang lekat sebagai sumber bakat hebat, antre sederet nama muda yang telah disebut-sebut sebagai calon penerus Neymar Junior dan Leo Messi.

Pembuktian Mbappe
Seiring dengan realitas penurunan performa Messi dan Ronaldo — yang secara alamiah dihadapkan pada perambatan usia dan kebugaran –, Kylian Mbappe jelas menjadi nama terdekat untuk mengambil alih kepemimpinan.

Mungkinkah striker Prancis yang sudah membukukan Piala Dunia itu harus pergi dari PSG untuk memperoleh pengakuan paripurna? Ke Real Madrid, misalnya. Atau Barcelona? Atau mungkin ke Liverpool?

Dia sudah terlalu sering dispekulasikan bakal berganti klub. Dan, dengan kegagalan di 16 besar Liga Champions musim ini, bukan tidak mungkin niat hijrah akan kembali mengusik. Apalagi salah satu indikator penilaian untuk trofi Pemain Terbaik Dunia tentu adalah sukses Eropa.

Mbappe yang berkemampuan individual di atas rata-rata bintang lainnya, menjadi kandidat untuk mengambil alih “kerajaan” Messi dan Ronaldo. Erling Haaland bisa menjadi ancaman, namun secara overall, kualitas skill Mbappe lebih meyakinkan. Kecepatan, akselerasi, dribel, dan seni mencetak gol, menjadi elemen-elemen yang memberi nilai lebih.

Gary Neville, seperti dikutip Sky Sports menyatakan, “Dalam hal antusiasme, kecepatan, Mbappe luar biasa. Dia mengingatkan saya akan Thierry Henry, tetapi juga punya sedikit aura Cristiano Ronaldo dalam dirinya. Dia bengis”.

Mo Salah
Dan, jangan lupakan nama yang satu ini: Mohamed Salah.

Sejak pindah dari AS Roma ke Liverpool pada 2017, Mo Salah adalah sosok yang konsisten membayangi kesan orang tentang pemain terbaik dunia di luar Messi dan Ronaldo.

Striker asal Mesir itu hanya berada pada “masa yang salah”, karena berkembang dan memuncak ketika Messi dan Ronaldo masih berjaya. Dan, bukankah semua tahu, La Pulga dan CR7 adalah eksepsionalitas ketika bicara “kemampuan pesepak bola yang tidak lumrah” pada suatu era?

Andai masa-masa puncak Mo Salah tidak dalam garis waktu yang sama, tidak bakal ada keraguan bahwa posisi maharaja dunia bakal dia miliki.

Pada pengujung musim 2021-2022 ini, Sang Raja Mesir itu sedang dalam kegundahan. Apabila negosiasi kontrak tidak segera tuntas, bukan tidak mungkin keberadannya di Anfield bakal berakhir. Padahal dengan semua yang telah diraih dan dikontribusikan untuk The Reds, Mo Salah jelas sudah masuk jajaran legenda klub.

Klub mana pun yang mendapatkan, andai Liverpool melepasnya, bakal memperoleh keuntungan luar biasa. Ya citra, ya kebutuhan teknis produktivitas.

Masih terdapat nama lain yang antre menjadi suksesor Messi dan Ronaldo. Neymar, misalmya. Apakah “seniman Samba” yang sudah lima tahun terakhir ini membayangi, sulit untuk mendapatkan mahkota?

Penyerang Brazil itu diakui sebagai bakat terbesar negerinya dalam satu dekade ini. Predikat sebagai kandidat raja, sejauh ini belum juga terwujud. Kehebatan teknis, seni, dan eksepsionalitasnya diakui, namun Neymar banyak dikaitkan dengan kebiasaan “drama” diving yang terkadang menimbulkan penilaian minus kepadanya.

Namun, realitasnya, sama seperti Mohamed Salah, Neymar juga kurang beruntung berkembang di era ketika Messi dan Ronaldo masih berjaya.

Maka, bab baru kemaharajaan bintang sepak bola dunia bakal terbuka lebar. Siapa pun kini berhak menorehkan catatan. Bisa Mo Salah, Mbappe, Haaland, Lewandowski, Pedri, atau bintang-bintang yang saat ini beredar, termasuk kiper Edouard Mendy.

Pada saat yang sama, kita akan mengantar Messi dan Ronaldo ke relung baru kompetisi yang lebih bermakna sebahai “penikmatan sepak bola” pada hari-hari pengujung senja.

Ya. Keduanya telah lebih dari cukup memberi pemuliaan dan pemahkotaan olahraga ini…

Amir Machmud NS, wartawan suarabaru.id, kolumnis sepak bola, dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah.