blank
Rektor Undip, Prof. Yos Johan Utama, memberikan pidato dalam acara Wisuda ke-165 Undip, Rabu (9/2/2022). Foto: ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Rektor Universitas Diponegoro Prof. Dr. Yos Johan Utama, resmi melantik sebanyak 2.518 wisudawan dalam Upacara Wisuda ke-165 Undip yang diselenggarakan secara daring, Rabu (9/2/2022).

Dirinya mengucapkan selamat kepada  para mahasiswa atas keberhasilannya menyelesaikan studinya di Universitas Diponegoro dan sepatutnya bersyukur kehadirat Tuhan YME karena telah dipilih dari ratusan ribu orang  yang ingin menjadi mahasiswa Undip.

“Seleksi masuk Undip sangat ketat bahkan untuk seleksi melalui SNMPTN raihan pesertanya 2 besar tertinggi di Indonesia tahun 2020 dan 6 besar tahun 2021. Selain itu Undip  adalah salah satu universitas terbaik di Indonesia yang memiliki reputasi  baik nasional maupun internasional,” ungkapnya.

Rektor menyampaikan, Undip memiliki peringkat akreditasi A dan beberapa program studi terakreditasi pada institusi internasional seperti prodi pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Teknik.

Di tingkat internasional dan nasional, Undip membuktikan kualitasnya menjadi ranking 1 nasional dan universitas yang alumninya paling cepat mendapatkan pekerjaan, satu prestasi yang tak terbantahkan bahwa kualitas pendidikan di Undip terbaik di tingkat nasional sehingga pasar kerja mengakuinya.

Pada tataran tata kelola keseluruhan, Undip membuktikan sebagai universitas terbaik kedua dalam pencapaian indikator kinerja utama.

Prestasi dosen dan mahasiswanya di kancah nasional dan internasional tidak diragukan lagi, alumninya menduduki berbagai jabatan tertinggi di bidangnya, dari menteri, jaksa agung, duta besar dan lain-lain, produk risetnya pun unggul dan dipercaya sebagai penyelenggara mandiri di bidang riset sesuai dengan visi Undip sebagai universitas riset yang unggul.

Lebih lanjut Prof. Yos mengatakan banyak pihak meramalkan bahwa generasi saat ini yang mendapatkan pendidikan secara virtual, dan dibatasi hubungan sosial budaya serta keagamaannya akibat dari adanya pandemi covid 19, merupakan generasi yang hilang atau Lost Generation.

Satu istilah yang pada awalnya disampaikan oleh Gestrude Stein dan dipopulerkan oleh Ernest Hemingway untuk menggambarkan satu generasi pada saat terjadinya Perang Dunia I antara tahun 1914-1918.

Dikatakan sebagai lost Generation karena mereka tidak mendapatkan kehidupan sosial yang normal bahkan memilukan akibat terjadinya perang.

“Pada akhirnya generasi ini menurut dugaan mereka akan memiliki karakteristik sebagai generasi yang kehilangan harapan, kehilangan kepercayaan keimanan dan keputusasaan baik masa kini maupun masa depannya. Bahkan banyak pihak menduga generasi ini akan menjadi generasi yang soliter dan kurang toleran, karena berkurangnya interaksi dengan pihak luar,” katanya.

Oleh karena itu, Yos melanjutkan, cara pandang yang pesimistis tersebut tentu harus ditolak, karena selain keimanan kepada Tuhan YME yang selalu mengajarkan optimisme serta prasangka baik tetapi juga pengalaman sejarah bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh dan tahan terhadap segala perubahan zaman.

Menurutnya, memang tidak bisa kita pungkiri bahwa adanya perubahan mendadak atau revolusi industri 4.0 dengan disrupsinya beserta terguncangnya dunia dengan Covid-19, telah mengubah tatanan sosial.

Namun, kekhawatiran akan adanya lost generation pada generasi saat ini bisa teratasi dengan adanya keimanan yang diperkuat, dan tentu saja dari masing-masing personal semua memiliki modal yang sangat besar yakni keluarga yang menjadi pilar utama dalam pembangunan akhlak generasi saat ini.

“Oleh karena itu para wisudawan tetaplah berpikir positif, perkuat keimanan semoga Tuhan akan selalu memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menempuh karier di masa mendatang,” pungkasnya.