JEPARA (SUARABARU.ID) – Senang dan unik. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan dan fakta yang ada dalam diri Keisha Aziza Rahma. Siswa kelas 9 J MTs N 1 Jepara ini senang karena selama 9 tahun bersekolah, untuk pertama kalinya berhasil menjadi rangking 1.
Uniknya, bukan prestasi itu yang menjadi modalnya untuk maju ke berbagai kompetisi olimpiade. Namun sebaliknya, dia menjadi rangking 1 setelah meraih lebih dari 40 medali olimpiade.
Keisha untuk pertama kali menjadi rangking 1 pada semester ganjil tahun pelajaran 2021/2022, Desember lalu ketika sudah duduk di kelas 9 J.
“Saat di SD N 1 Mindahan, paling banter masuk 10 besar. Lalu saat masuk ke MTs N 1 Jepara, awalnya cuma rangking 6. Baru semester lalu menjadi rangking 1. Ini setelah saya rutin ikut olimpiade. Mengerjakan soal-soal olimpiade, kan, berarti saya selalu belajar,” kata Keisha Aziza Rahma saat diwawancarai wartawan di madrasahnya pada Kamis (10/2/2022).
Tiga hari sebelum diwawancarai, Keisha mengaku baru saja mendapat kabar meraih dua sekaligus prestasi olimpade daring. Keduanya adalah Juara 1 Olnas mapel IPS dan medali emas Olnas mapel Matematika.
“Belum saya laporkan ke sekolah. Nanti kalau e-sertifikatnya sudah saya cetak baru mau lapor,” kata Keisha.
Dengan tambahan itu, Keisha sudah mempersembahkan 50 medali olimpiade kepada MTs N 1 Jepara. Hal itu dibenarkan Wakil Kepala MTs N 1 Jepara Bidang Kesiswaan, Nor Faiq saat membuka data prestasi siswa. Hingga pemasukan data prestasi awal Februari 2022, Keisha telah meraih 48 medali. Rinciannya, 26 emas, 12 perak, dan 9 perunggu.
“Sebenarnya itu belum semua. Awalnya saya tidak tahu kalau medali olimpiade yang saya raih atas partisipasi mandiri bisa dilaporkan ke sekolah. Belakangan ada teman memberi tahu. Jadi ada beberapa yang tidak saya laporkan,” kata anak pertama dari dua bersaudara pasangan Abdul Jamil dan Eva Lutfiana, warga RT 1 RW 1 Desa Batealit.
Keisha menceritakan, ketertarikannya mengikuti berbagai kompetisi olimpiade dimulai pada pertengahan kelas 8 MTs. Saat itu pembelajaran masih dilakukan sepenuhnya dalam metode daring.
“Teman-teman, kan, punya hobi macam-macam. Kok, saya tidak punya? Lalu terpikir olimpiade mata pelajaran biar bisa sekaligus belajar,” katanya.
Mulailah dia mencari informasi olimpiadi di berbagai media sosial. Paling banyak informasi itu dia dapatkan di plaform Instagram dan Telegram. Keisha pun bergabung dengan beberapa grup medsos olimpiade. Saat pertama kali mendaftar, ternyata langsung meraih medali perunggu.
“Sudah lupa mapel apa. Tapi itu memotivasi saya semakin sering ikut olimpiade biar semakin rutin belajar. Makanya saya rutin mendaftar alimpiade daring. Akhirnya, hari-hari saya rasanya ada yang hampa kalau tidak mengerjakan soal olimpiade,” kenangnya.
Maka medali olimpiade Keisha terus bertambah hingga lebih dari 50. Hampir seluruhnya dilaporkan ke madrasah.
“Waktu pertama kali dapat emas, saya langsung memberi kabar ibu. Beliau senang. Sebelumnya ibu tidak tahu kalau saya ikut olimpiade. Apalagi biaya pengiriman sertifikat dan medalinya, tidak pernah saya mintakan orang tua. Semua dari uang saku yang saya sisihkan,” tambah Keisha. Dia mengaku tidak setiap hari minta jatah uang saku kepada orang tuanya.
“Saya hampir tidak pernah jajan. Kalau pun minta uang saku, paling sering Rp 5 ribu. Pernah sampai Rp15 ribu, tapi hanya saat ada keperluan,” cerita Keisha.
Kini, dengan posisinya yang sudah di kelas 9 semester 2, Keisha mulai mengurangi ikut olimpiade. Dia ingin lebih fokus menyiapkan ujian akhir. Meski mengaku belum punya cita-cita, Keisha mulai tertarik kuliah di UGM Yogyakarta. Keisha ingin mengenal seluk-beluk perpajakan dari kuliahnya di kampus itu. Target terdekatnya, bisa diterima di SMA N 1 Jepara.
“Dengan mengenal pajak, semoga bisa ikut bisnis trading, dan juga menjadi produsen skin care. Meski sekarang belum pernah memakai skin care, tapi kalau hape saya gunakan mengakses medsos, sering mempelajari komposisi skin care,” kata Keisha yang mengaku tidak pernah suka K Pop, drakor, dan sejenisnya yang umumnya disukai anak-anak sekarang.
Atas prestasi ini, Kepala MTs N 1 Jepara Miftakhudin mengaku bangga. Menurutnya, siswa seperti Keisha adalah anak yang memahami pesan yang sering dia sampaikan di madrasah, yakni ‘disiplin adalah kunci keberhasilan dalam segala hal’. Dia juga sering berpesan agar siswa MTs N 1 Jepara harus beda dengan yang lain.
“Bedanya, ya, dari sisi prestasi dan sikap mental seperti yang diraih Keisha ini,” katanya.
Ketua Komite MTs N 1 Jepara Akhmad Yazid yang kebetulan sedang di madrasah menimpali, prestasi-prestasi seperti ini adalah bagian dari partisipasi warga madrasah untuk mewujudkan keinginan kepala madrasah menjadi satuan pendidikan yang cantik luar dalam.
“Makanya kami dari komite selalu mendukung program-program madasah karena visi itu berhasil memajukan madrasah,” kata Yazid.
Hadepe – Aksl