Keberhasilan itu, kata Ningsih, karena dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya adalah Program SPEAK. Ningsih mengaku awalnya dari pelatihan 25 orang diberikan materi terkait Audit Sosial di Hotel Dafam Semarang pada 13-14 Februari 2020.

Ningsih bersama kelompoknya diminta untuk mengangkat beberapa permasalahan yang ada di Kelurahan Sendangguwo. Beberapa permasalahan muncul dan mengerucut menjadi satu.

“Satu permasalahan yang dianggap sangat penting yaitu terbentuknya Posbindu Disabilitas,” terangnya.

Setelah itu, melalui proses yang cukup panjang dan melalui beberapa tahapan, akhirnya Posbindu Disabilitas terbentuk pada 29 September 2021 di Kelurahan Sendangguwo. Dukungan cukup penting, menurut Ningsih juga berasal dari pihak kelurahan.

Walaupun di awal sempat diragukan oleh pihak kelurahan. Karena pendataan dan kegiatan tersebut membutuhkan kader-kader yang tangguh.

“Kami komunitas perempuan Sendangguwo tidak patah semangat dan terus berusaha demi terwujudnya rencana tersebut meskipun kami juga tidak mempunyai dana,” jelasnya.

Melihat tekad besar dari kelompok perempuan yang serius untuk mewujudkan Posyandu disabilitas, Kepala Kelurahan Sendangguwo menyambut baik dan bersedia untuk membantu dan memberikan dukungan.

Dukungan pemerintah kelurahan dari awal dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) di kantor Kelurahan, pembuatan SK Posbindu Disabilitas, Launching pada 29 September 2021 hingga posbindu disabilitas terbentuk dan sudah berjalan 3 kali sejak September hingga Desember 2021.

Buat Komunitas Kelompok Disabilitas

Ke depan, Ningsih dan kelompok perempuan kelurahan Sendangguwo ingin membuat komunitas untuk kelompok disabilitas. Tujuannya agar ada wadah kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan ketunaannya.