JEPARA (SUARABARU.ID) – Perkembangan teknologi sangat berpengaruh terhadap minat generasi muda untuk belajar seni ukir. Jika pada masa lalu 9 dari 10 anak di desa-desa penghasil ukir mau belajar mengukir, maka anak-anak sekarang yang berminat belajar ukir tinggal 3 persen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Sutrisno, pengukir senior sekaligus pelaku usaha mebel Jepara dalam dialog khusus yang membahas regerasi seni ukir Jepara, Kamis (30/12/2021). Dialog ini diproduksi oleh TVRI Jawa Tengah di komplek kantor bupati Jepara dengan menghadirkan tiga narasumber. Mereka adalah Bupati Jepara Dian Kristiandi, Sutrisno, dan pengukir dari kalangan milenial Rendra Setyawan.
Oleh sebab itu Sutrisno berharap, orang tua di daerahnya mau mengenalkan ukir kepada anak-anaknya pada kisaran usia 9 atau 10 tahun. “Juga pengenalan seni ukir melalui muatan lokal di sekolah,” ujar Sutrisno.
“Siapkan mental mereka untuk mengenal ukir. Di Jepara ada komunitas-komunitas yang bisa mengenalkan. Kami juga terlibat dalam lomba mengukir yang rutin digelar Pemkab Jepara setiap tahun. Bahkan pernar mencatatkan rekor MURI mengukir terbanyak oleh para pengukir perempuan,” kata Sutrisno.
Jika anak-anak sudah mengenal ukir, maka kegiatan reguler ini bisa memancing keinginan untuk mengembangkan kemampuan seiring pengalaman estetis yang meningkat.
Sutrisno juga berharap agar pemerintah daerah mengembangkan ukir sebagai produk seni dan industri secara beriringan.“Kalau seni saja, pengukirnya akan sedikit. Kalau industri saja, kreativitas akan terpasung sehingga tidak melahirkan produk ukir baru,” katanya.
Menurut Dian Kristiandi, berdasarkan data tahun 2020, unit usaha besar yang dimiliki Jepara di sektor ini dikelola 387 eksportir. Sedangkan skala kecil hingga menengah mencapai 3.438 unit usaha. Sektor ini mendominasi kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) rata-rata berkisar 34,5 persen. Mebel ukir juga mendominasi penyerapan tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi, dan nilai ekspor Jepara.
Terkait upaya pewarisan kepada generasi milenial dan sesudahnya, Bupati Jepara Dian Kristiandi mengatakan, selain lomba mengukir yang digelar rutin, ada sejumlah upaya lain juga dilakukan untuk mewariskan ukir. Di antaranya melalui lembaga pendidikan formal dan melibatkan organisasi kemasyarakat. Demikian juga dengan berbagai fasilitasi kepada asosiasi-asosiasi dan pelaku industri.
“Tahun 2022 kami akan melakukan pendataan pengukir untuk mengetahui jumlah pengukir yang ada di masing-masing strata lalu akan menentukan kebijakan yang sesuai untuk pelestariannya,” tambah Andi. Strata pengukir berdasar kemampuan di Jepara, dimulai dari pemula, terampil, mahir, ahli, hingga empu
Keyakinan ini diperkuat pengukir milenial Hendra Styawan. Menurutnya, meski dalam jumlah yang terbatas masih terdapat pengukir milenial yang begitu mencintai Jepara dan budaya.” Komunitas ini menggariskan, generasi muda Jepara adalah trah pengukir yang harus menguri-uri budaya adiluhung tersebut,” ujar Hendra
Hadepe