Harus Waspada
Bagi mereka yang hatinya belum mantap dan belum memahami konsep dasar ilmunya, baginya perlu pembimbing. Dia tetap harus waspada untuk menghindari perasaan waswas.
Walau setiap orang bisa dan berhak berdoa langsung kepada Tuhan dengan bahasa hati atau lisannya, namun yang berkaitan ilmu metafisika itu ada aturan khusus.
Karena itu, amalan khos yang memiliki power itu dari dulu ya “itu-itu saja”, diantaranya hizib Nawawi, hizib Ghazali, hizib Bukhari, hizib Jailani, hizb Bahr, hizb Nashr, hizb Jaylani, dsb.
Baca juga Cara Mudah Menangkal Santet
Mereka yang ahli hikmah pun belum tentu ahli membimbing, layaknya orang ahli beladiri belum tentu ahli mengajarkan kepada orang lain. Karena dalam wirid itu terkandung petikan ayat-ayat suci, jadi terlalu riskan jika mempelajarinya hanya dari buku, apalagi yang berhuruf latin.
Ijazah itu memiliki dua tujuan. Selain untuk memantapkan hati juga memantapkan kebenaran kalimat yang dibaca, yang sebagiannya dari Alquran. Dan untuk itu perlu pertemuan langsung dengan guru yang menguasainya.
Sebagian ahli hikmah berpendapat, ijazah itu untuk seleksi kualitas diri yang akan belajar. Karena melalui pengalamannya, guru bisa menyeleksi apakah suatu ilmu yang akan diijazahkan itu sesuai dengan wadah yang akan mempelajari atau mengamalkannya.
Penyeleksian “kualitas diri” juga untuk menjaga kemungkinan terjadinya penyalahgunaan ilmu. Karena itu, jangan terlalu lebar membuka kran informasi. Kita tetap harus bijak mengatur berapa besar kran itu harus dibuka.
Seleksi kualitas calon murid perlu diketahui karena setiap kalimat yang diajarkan akan menjadi sandaran keyakinan pada masa yang akan datang. Guru juga perlu memberi “sugesti awal” bagi siswa, soal nanti dalam perjalanan siswa menemukan konsep sendiri, silakan!
Setiap pribadi memiliki tingkat kecerdasan dan keyakinan tersendiri. Ada siswa yang hanya membaca sekali langsung yakin dan bisa menjalankan dan mempraktekkannya. Proses dan jatah seseorang menerima getaran ilmu itu berbeda-beda.
Tingkat kecerdasan seseorang itu berbeda-beda. Ibarat orang yang belum paham motor, hanya karena kran bensinnya dalam posisi tertutup, dia sudah bingung. Padahal bagi yang sudah paham, cukup dengan sontekan jari.
Ada orang yang menguasai ilmu (hanya) dari membaca buku, atau hasil nguping para guru saat jagong atau bercanda. Bahkan ada yang memperoleh ilmu hasil dari mendengar dari radio.
Munculnya yakin dalam hati itu disebut “Wairodatil Ahwaal” yaitu sesuatu yang berasal dari rahasia kerohanian. Maka, seseorang yang mengalami hal itu akan mengalami perubahan pada rohaninya.
Misalnya rajin beribadah, kuat laku batin yang menyebabkan dia menguasai berbagai keilmuan. Mereka yang mengalami itu jika belum punya guru, sementara bisa mengikuti apa yang diterima hatinya, namun setelah memiliki guru sebaiknya mengikuti petunjuk gurunya. Karena mengikuti bisik hati itu kadang ada risikonya.
Karena itu jauh-jauh abad Syeikh Abdul Qadir Jaelani berpesan, jika suatu saat datang ilham, kembali kepada syariat (agama). Dan sekiranya ilham itu bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran, jangan dilakukan atau dituruti karena bisa jadi itu bisikan iblis.
Bahkan ilham yang baik pun tidak bisa langsung diterima, karena sudah menjadi kebiasaan, jika Allah memberi ilham kepada hati seseorang, itu dilakukan berulang-ulang.
Masruri, penulis buku, praktisi dan konsultan metafisika tinggal di Sirahan Cluwak Pati