WONOSOBO (SUARABARU.ID)-Wakil Bupati Wonosobo M Albar menyebut persoalan stunting telah menjadi agenda pembangunan nasional. Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu kabupaten prioritas, dari 100 kabupaten/kota di Indonesia.
“Berdasarkan data Riskesdas 2013, Wonosobo memiliki prevalensi stunting yang cukup tinggi, yaitu sebesar 41,12 persen.
Tahun 2018, pravelensi stunting turun menjadi 30,52 persen. Meskipun mengalami penurunan, angka ini masih terbilang cukup tinggi dari target yang ditetapkan sebesar 14 persen,” ujarnya.
M Albar mengatakan hal itu, saat hadir dalam “Festival Cegah Stunting (Ceting)” yang digelar Pemkab Wonosobo, Aqua Danone dan LPTP Surakarta, di Kreshna Resto Garden, Senin (20/12).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala DPPKBPPPA Dyah Retno S, Kepala DKK dr Mohamad Riyatno MKes, Senior Manager Health and Nutrition Danone Indonesia Yusrini Pohan Rizki, Corporate Communication Reg 3 Donone Indonesia Rusdiansyah Rony dan tamu undangan lainnya.
Menurut Wabup, Pemkab Wonosobo melaksanakan penimbangan serentak, yang kemudian didapatkan data pada periode Februari 2021, bahwa angka kasus stunting di Kabupaten Wonosobo sudah menyentuh 8,8 persen.
“Saya minta intervensi tidak hanya dilakukan oleh sektor kesehatan saja, namun dilaksanakan pula oleh sektor yang lain, karena tingkat keberhasilannya sangat dipengaruhi pula oleh sektor non kesehatan,” tegasnya.
Dalam Rapat Koordinasi Pokja Advokasi daerah yang dilaksanakan pada bulan Juni lalu, imbuh dia, telah disampaikan bahwa sedang dilakukan perencanaan untuk menetapkan lokasi fokus intervensi penanganan stunting terintegrasi tahun 2022, yang ditetapkan pada 18 desa dengan prevalensi stunting diatas 20 persen.
Sasar Remaja
Kini, kata Gus Albar-panggilan akrab Wabup M Albar-telah tercipta komitmen dan kesepakatan oleh seluruh pihak yang hadir, atas penurunan angka prevalensi stunting di Wonosobo guna memenuhi target nasional dalam RPJMN 2024.
“Saya minta ditingkat desa/kelurahan, bidan desa dan petugas gizi puskesmas bersama-sama dengan kader di masing-masing desa/kelurahan untuk melakukan penelusuran, penemuan bayi dan balita yang berpotensi stunting,” tutur dia.
Kepala DPPKBPPPA Wonosobo Dyah Retno S menambahkan sosialisasi dan penyuluhan baik dalam forum formal maupun secara informal, harus terus dilakukan untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam mencegah stunting pada anak-anak dalam keluarga masing-masing.
“Kepada para Camat, telah diminta untuk memfasilitasi serta mengkoordinir desa dan kelurahan. Pastikan kegiatan untuk penurunan dan pencegahan stunting di tingkat desa dan kelurahan, teralokasi lewat Dana Tranfer Desa dan dana yang dikelola kelurahan,” tegasnya.
Yusrini Pohan Rizki menyebut program tanggap gizi dab kesehatan anak stunting (Tangkas) dan generasi sehat Indonesia (Gesid), yang memiliki keterkaitan erat dalam menjadikan remaja sebagai sasaran penting untuk mencegah timbulnya stunting di masa depan.
“Program Tangkas hingga tahun 2021 telah menjangkau 8 desa. Di mana 6 desa merupakan desa lokasi fokus yang ditetapkan tahun 2019 maupun 2020. Selain itu, program edukasi remaja Gesid diterapkan telah menjangkau 16 sekolah dengan hampir 200 konten edukasi melalui platform media sosial Instagram,” terangnya.
Kedua program tersebut, ujar dia, memiliki keterkaitan erat dalam menjadikan sebagai sasaran penting untuk mencegah timbulnya stunting dimasa depan ini pun dikolaborasikan, dengan tujuan tercipta dampak positif yang lebih besar.
Muharno Zarka