Oleh: Basuki, S.Pd
Anak usia sekolah atau remaja merupakan masa peralihan individu dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah. Maka remaja sangat rentan sekali mengalami masalah-masalah psikososial yakni masalah psikis kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Adanya anggapan bahwa dirinya bukan lagi anak-anak, menyebabkan mereka berusaha meninggalkan perilaku dan sikap kekanak-kanakannya untuk diganti dengan sikap dan perilaku yang lebih dewasa. Namun, anggapan kedewasaan bagi sebagian remaja belum sepenuhnya dipahami. Perilaku melanggar aturan dan norma dianggap sebagai kenakalan anak usia sekolah.
Kenakalan pada siswa secara umum terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah faktor pengaruh teman, kontrol diri yang rendah, lingkungan dan pendidikan orang tua. Kenakalan yang terjadi di sekolah seperti menyontek, membolos, melawan guru, berkelahi, ugal-ugalan, dan merokok. Kenakalan tersebut harus segera ditangani serta diberikan upaya pencegahannya. Salah satu upaya penanganannya adalah melalui sistem pembelajaran yang humanis serta bimbingan konseling di sekolah dengan pendekatan humanistik.
Humanistik merupakan bagian dari salah satu pendekatan dalam belajar. Pendekatan humanistik menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan humanistik memiliki peran penting dalam proses membimbing, mengarahkan serta mengentaskan masalah yang sedang dihadapi siswa. Jika pendekatan humanistik dilakukan tidak maksimal ataupun tidak pernah dilakukan sama sekali maka akan berdampak buruk bagi siswa yang mengalami masalah maupun bagi siswa yang butuh pengarahan atau bimbingan.
Sekolah bukan sekedar tempat untuk menuangkan ilmu pengetahuan tetapi sekolah juga harus mampu mendidik dan membina kepribadian peserta didik. Sekolah sebagai tempat pendidikan anak dapat pula menjadi sumber terjadinya konflik kejiwaan sehingga memudahkan anak menjadi nakal. Sehingga guru penting untuk mengimplementasikan suatu pendekatan humanistik dalam proses pembelajaran.
Pendidikan saat ini harus menerapkan pandangan humanistik dalam menjalankan proses belajar mengajar di kelas. Teori Humanistik lebih mementingkan isi karena berhubungan erat dengan emosi, perasaan, dan komunikasi. Sehingga dengan ketiga Komponen tersebut Teori Humanistik berusaha memfokuskan pada pembentukan kepribadian yang Positif. Secara umum, Inti dari Teori Humanistik adalah bagaimana Memanusiakan Manusia.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Pelaksanaan ini akan berjalan maksimal jika mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak seperti kepala sekolah, wali kelas, orang tua siswa serta personil lainya.
Penulis adalah Kepala SMP Negeri 1 Nalumsari, Jepara, sedang menyelesaikan S2 di Upgris Semarang.