JEPARA (SUARABARU.ID) – Bertempat di Joglo Hadipuran Desa Sukodono, Kecamatan Tahunan, Jepara, pada Sabtu malam 20/11/2021, berlangsung acara diskusi budaya NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan tema “Seni Budaya Perkuat Jati Diri Bangsa”. Dialog budaya ini digelar oleh Loka Budaya Jepara, Yayasan Marga Langit, Yayasan Kartini Indonesia dan Lembaga Pelestari Budaya dan Sejarah Jepara.
Acara yang dipandu oleh motivator Wienarto ini mencoba memunculkan wacana tentang situasi dan kondisi seni budaya di Jepara sebagai basis penguatan karakter dan jati diri bangsa. Diskusi dan pentas budaya telah menghasilkan beberapa pokok pikiran penting yang dapat dicatat.
Selaku “pangarso” lembaga Loka Budaya Jepara, Romo Bambang Setyawan yang memiliki koleksi tosan aji atau berbagai senjata pusaka lebih dari seribu buah ini menyampaikan tentang pentingnya warisan-warisan peninggalan leluhur untuk dijaga dan diteruskan. Salah satu bukti yang telah dilaksanakannya adalah membina paguyuban seni karawitan yang semalam tampil dengan sangat indah.
Ketua Lembaga Pelestari Sejarah dan Budaya Jepara (LPSBJ) Ingga Tejo Suroto, dalam penyampaian pandangannya menyatakan bahwa khazanah seni budaya beserta seluruh rangkaian sejarah yang dimiliki Jepara perlu dikaji lebih dalam lagi. “Upaya pelestarian sejarah dan budaya di Jepara harus dilakukan demi menjaga potensi yang sangat berharga serta menjadi sumbangan terbaik dalam memperkuat jati diri bangsa”, demikian pendapatnya.
Budayawan Jepara M Iskak Wijaya menuturkan sekilas tentang pentingnya sejarah peradaban Jepara sebagai dasar bagi pembangunan dan pengembangan seni budaya. “Sejak orang-orang Yunnan Selatan dari China, Ratu Shima di abad ke-7, Ratu Kalinyamat di abad ke-15 dan RA Kartini di abad ke-19, beserta tokoh yang sangat cerdas RMP Sosrokartono, khazanah seni budaya Jepara telah berkembang menjadi karya-karya terhebat di dunia”, begitu penuturannya. Dia juga mengusulkan bahwa acara rutinan Sabtu Kliwon harus diselenggarakan dengan mengambil tema ke-Jepara-an seperti diskusi ukir, perdamaian, wacana seni rupa, dll.
Selanjutnya, Ki Dalang Hendro Suryo Kartiko, Ketua PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Kabupaten Jepara, memaparkan pengalamannya dalam perjalanan seni pedalangan dan menjelaskan keunggulan harmoni serta keselarasan gamelan Jawa di tengah-tengah gempuran pengaruh global yang mendesak masuk hingga pelosok desa. “Jawa dengan gamelan dan seni pedalangannya telah mendunia dan bahkan dipelajari secara serius di banyak perguruan tinggi maupun komunitas mancanegara. Tetapi sebagai orang Jawa yang memiliki rasa-pangrasa tinggi, seni budaya harus dilestarikan dan dijaga selama-lamanya”, demikian pernyataannya.
Budayawan lain yang turut bergabung adalah Mujiono, yang menjelaskan tentang dimensi ruh dan spiritual dari konsep kebatinan Jawa. Dengan berbekal pada konsep ini kebudayaan Jawa terbukti tetap bertahan dan berkembang menghadapi berbagai tantangan zaman.
Diskusi ini ditutup oleh Abdul Rozaq Asowy dengan menyimpulkan lima hal penting, dianataranya sebuah budaya lahir dimana-mana dan kapan saja serta tidak bisa diklaim oleh siapapun juga termasuk agama-agama. Jepara memiliki khazanah budaya kelas dunia dan jati diri seni budaya Jepara harus dipertahankan. “Sejarah Jepara beserta tokoh-tokohnya seperti Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, RA Kartini, dan RMP Sosrokartono merupakan teladan-teladan terbaik dari Jepara yang semua nilai-nilai keluhurannya patur diteruskan dan diwariskan,” ujar Abdul Rozaq Asowy.
Ia juga menyimpulkan dalam perspektif ruhani, perwujudan atau ekspresi seni budaya merupakan salah satu sarana untuk mencapai jalan spiritual dan mengingatkan diri terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Selain itu, acara NGOPI – Ngobrol Pintar ini diharapkan berjalan secara kontinyu untuk melestarikan seni budaya Jepara, dan menjadi media motivasi serta etos kerja. Tujuannya agar seni budaya Jepara mampu dan siap untuk menghadapi berbagai tantangan zaman.
Hadepe – Iskak W