blank
Nasrodin (52) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaludin Maya, warga warga Desa Jetis, Bandungan Kabupaten Semarang berpose di depan kantor pengelolaan Hotel Maya, Bandungan, Kabupaten Semarang. Foto : Absa

BANDUNGAN (SUARABARU.ID) Adalah Jaludin, seorang karyawan yang selama 20 tahun mengabdi bekerja pada sebuah hotel di kawasan Bandungan, Kabupaten Semarang, sehingga dikenal dengan nama Jaludin Basuki.

Namun kini, panggilannya berganti menjadi Jaludin Maya, karena telah merintis dan membuka usaha perhotelan bernama Hotel Maya, sebuah hotel kelas melati 2 di jalan Widosari No 35 Bandungan Kabupaten Semarang.

Jaludin sendiri, memiliki nama asli Nasodin warga Desa Jetis, Bandungan dan berusia 52 tahun. Memulai usaha sejak bulan Juli 2021 lalu, dengan sistem sewa tempat usaha.

“Hotel ini saya sewa mas, selama 4 tahun dengan biaya sewa per tahun Rp 142 juta,” jelas Jaludin kepada SUARABARU.ID di depan kantor pengelola Hotel Maya.

Dalam pengelolaannya, Jaludin optimis dapat menutup biaya sewa dan operasional hotel yang dikelolanya. Sebab, selama puluhan tahun bekerja di bidang perhotelan, maka pengalamannya tersebut diaplikasikan dalam mengelola Hotel Maya.

“Ya 2 bulan pertama buka mengalami kerugian yang lumayan mas. Tapi itukan karena pandemi Covid 19 dan banyak yang punya usaha juga alami kerugian dimana-mana,” elak Jaludin ga mau kalah.

Namun demikian, dengan pengalamannya, Jaludin tetap optimistis bahwa usaha perhotelan yang dikelolanya itu kedepan akan meraup keuntungan, setelah pemerintah menetapkan PPKM level nya menjadi 0. Sebab akan semakin banyak orang, untuk beraktifitas keluar rumah.

Apalagi dengan sistem marketing yang menarik, yaitu dengan menggunakan sistem transit, bagi pengunjung yang tidak ingin bermalam karena alasan tertentu. Dengan waktu rata-rata 6 jam dan harga bisa

“Sistem transit ini biasanya digunakan oleh pengunjung yang tidak ingin bermalam. Karena mungkin kecapekan habis jalan-jalan ingin istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya kembali,” ungkap mantan manager hotel tempatnya bekerja dulu, yang dijabatnya selama tiga tahun.

Dengan sistem seperti itu dan menurunnya level PPKM menjadi 0, maka Ia semakin optimis untuk dapat meraup keuntungan dari hotel yang dikelolanya bersama 4 karyawan.

“Ya mudah-mudahan segera normal kembali situasinya mas. Kasihan kalau kondisinya tidak segera normal, karena karyawan juga punya keluarga yang harus hidup dan makan setiap hari,” harap Jaludin penuh optimisme.

Absa