WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ ) dan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas di semua jenjang satuan pendidikan selama berlangsung pandemi global Covid-19 ternyata memberi dampak tekanan psikologis yang cukup dalam bagi peserta didik dan guru.
Sebab PJJ dan PTM Terbatas, tidak bisa dilalui secara rileks. Sehingga siswa dan guru tidak dapat menikmati kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan baik. Sebaliknya, justru siswa dan guru mengalami beban mental yang luar biasa selama berlangsung PJJ dan PTM Terbatas.
Kondisi tersebut tentu sangat berpengaruh terhadap kualitas KBM dan pendidikan karakter bagi anak didik. Karena itu, dibutuhkan solusi untuk kembali menggairahkan siswa dan guru dalam PTM di masa new normal yang akan datang.
Demikian yang mengemuka dalam kegiatan Diskusi Kajian Publik bertema “Pembelajaran di Masa Pandemi Global Covid-19” yang digelar Dewan Pendidikan Wonosobo di Kantor Dewan Pendidikan setempat, Senin (18/10).
Diskusi diikuti Ketua PGRI, LP Ma’arif NU, Dikdasmen Muhammadiyah, Kemenag, Disdikpora, Kepala SD/SMP, pengawas SD/SMP dan praktisi pendidikan. Bertindak sebagai pemateri Tirta Pandu Winata dari Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (Kamadiksi) Wonosobo.
Tampak hadir dalam acara tersebut, Sekretaris Disdikpora Slamet Faizi, Ketua Dewan Pendidikan Priyo Purwanto, Ketua PGRI Suratman, Kepala SMPN 1 Sapuran Ellna Amperawati, Wakil Kepala MAN Felik Ahmad Mustofa dan Dikdasmen Muhammadiyah Suharno.
Materi yang disampaikan Kamadiksi merupakan hasil riset dinamika pendidikan pada masa pandemi global Covid-19 di Wonosobo. Baik menyangkut kesehatan mental, perubahan karakter dan fenomena putus sekolah di kalangan perserta didik.
Lahirkan Rekomendasi
Ketua Dewan Pendidikan Wonosobo Priyo Purwanto menyebut diskusi kajian publik terkait dunia pendidikan sangat penting dilakukan. Apalagi, selama masa pandemi global Covid-19 dengan PJJ dan PTM Terbatas di Wonosobo, banyak hal yang perlu dikaji, dievaluasi dan dicarikan solusi untuk kemajuan pendidikan di daerah ini.
“Hasil riset Kamadiksi menjadi gambaran riil di dunia pendidikan selama ada wabah virus Corona. Riset tersebut menjadi langkah awal untuk mengkaji lebih jauh perihal problematika psikologis di kalangan siswa dan guru selama berlangsung PJJ dan PTM Terbatas selama ini,” bebernya.
Dari hasil diskusi kajian publik tersebut, sambung dia, Dewan Pendidikan akan segera membuat rekomendasi untuk disampaikan ke Pemkab Wonosobo. Rekomendasi tersebut diharapkan bisa menjadi dasar Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat untuk menentukan kebijakan penyeleggaraan KBM lebih lanjut.
Sekretaris Disdikpora Wonosobo Slamet Faizi mengakui jika proses pendidikan yang paling ideal, baik bagi siswa maupun guru, adalah PTM. Karena dalam PTM terjadi interaksi secara fisik antara peserta didik dan guru sebagai pendidik. Pendidikan karakter pada anak juga bisa diterapkan secara maksimal.
“Dampak psikologis PJJ dan PTM Terbatas memang sangat luar biasa. Guna mengembalikan semangat dan gairah siswa serta guru dalam proses pendidikan juga bukan perkara mudah. Karena menyangkut persoalan mental. Kami akan merancang program agar KBM dapat berjalan normal kembali.
Sementara itu, Ketua PGRI Wonosobo Suratman mendorong agar PTM di semua jenjang pendidikan bisa berjalan normal kembali. Hanya, selama pandemi global Covid-19 belum hilang, penerapan protokol kesehatan (prokes) musti dilaksanakan secara ketat agar semua warga sekolah tetap aman dan sehat.
“Siswa, guru dan orang tua sudah banyak yang lelah dengan PJJ dan PTM Terbatas. Proses pendidikan selama wabah virus Corona sudah tidak bisa berjalan normal dan efektif. Maka KBM dapat segera dikembalikan seperti semula, yang penting prokes Covid-19 tetap diperhatikan,” pintanya.
Muharno Zarka