blank

TEGAL (SUARABARU.ID) – Ketua Umum (Ketum) Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (DPC HA-IPB) Tegal Raya, Dr Ir Tafakurrozak MH memandang bahwa komoditas pangan adalah komoditas yang sangat strategis.

blank
MUBES – Ketum DPC HA-IPB Tegal Raya, Tafakurrozak terpilih dalam Mubes. (foto: nino moebi)

“Kalau perut kita kosong tidak makan pasti pikirannya kacau riskan untuk ribut. Komoditas pangan sangat strategis karena bukan hanya di pertanian, peternakan dan perikanan. Kota dan Kabupaten Tegal punya potensi tersebut,” kata Tafakurrozak usai terpilih menjadi Ketua Umum pada Mubes (Musyawarah Besar) DPC HA-IPB Tegal Raya yang dilaksanakan di Hotel Riez Palace Kota Tegal, Sabtu (8/10/2021).

Tafakurrozak yang terpilih menjadi Ketum DPC HA-IPB Tegal Raya secara musyawarah mufakat mencontohkan, di bidang perikanan ada di Kota Tegal dan komiditas pangan ada di wilayah Kabupaten Tegal. Potensial di dua wilayah tersebut menurut Tafakurrozak sayang pemanfaatannya belum maksimal.

Seperti komoditas bawang putih yang merupakan unggulan di Desa Tuel, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal sudah ada sejak nenek moyang kita, tapi ternyata negara kita masih impor bawang putih sebanyak sekira 600 ribu ton per semesternya membuat petani menjerit,” ujarnya.

Selain bawang putih ada komidas jagung apa bila untung, saya mengkalkulasi bisa untuk biaya satu kali pilpres karena hasil keuntungan dari komiditas jagung sangat besar mencapai triliunan.

Orang awam bisa bilang bahwa proyek infrastruktur yang memiliki untung besar, ternyata tidak. Komoditas pangan yang memiliki keuntungan yang luar biasa besar karena strategis.

“Apa bila kita kekurangan pangan seperti yang dikhawatirkan akibat pandemi Covid-19 secara terus menerus dan pangan kita semakin anjlog karena datanya tidak akurat maka akan terjadi kelaparan yang akhirnya menjadi biang keributan. Kita sebagai alumni IPB peristiwa tersebut tidak mau terjadi,” kata Faturrozak.

Faturrozak berharap, Himpunan Alumni-IPB Tegal Raya bisa berkolaborasi dengan wartawan, sama stek holder lainnya untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan petani dan nelayan yang ada di wilayah Tegal Raya.

Program jangka pendek DPC HA-IPB akan melakukan pendampingan syukur bisa mewujudkan aksi langsung dengan bantuan-bantuan dari pemerintah, bisa berkolaborasi dengan Bupati/Wali Kota dengan dinas terkait untuk mewujudkan komoditi pangan seperti pertanian, perikanan dan peternakan.

Menyinggung terkait petani yang kesulitan memperoleh pupuk Tafakurrozak mengatakan, kelangkaan pupuk dasarnya dari RDAK (Rencana Dasar Kebutuhan) yang menyusun adalah para penyuluh. Dan selama ini para petani tidak dapat uangnya langsung tapi dapat pupuknya.

Dijelaskan, RDAK disusun oleh Kementerian Pertanian kemudian dibayarkan oleh kementrian keuangan. Dari dasar itu uangnya lari ke pabrik. Jadi subsidi yang 29 Triliun larinya ke pabrik-pabrik pupuk bukan ke para petani langsung.

“Saya dari dulu mengusulkan agar pupuk lari ke kelompok-kelompok tani. Karena kalau ke pabrik yang untung ya pabrik bukan petaninya,” ungkap Tafakurrozak.

Apa bila ada pendampingan yang optimal diharapkan tidak ada terjadi kelangkaan pupuk.
Nino Moebi