JEPARA (SUARABARU.ID) – Saat ia bersama kontingen Jateng merayakan kemenangan usai mengkandaskan ambisi regu Sepak Takraw Jawa Barat dalam babak final di PON Papua untuk cabang sepak takraw putri tiba-tiba dalam hati Panji Kerso terbersit rasa cemas, gelisah dan bahkan takut yang luar biasa.
Pelatih tim Sepak Takraw putri Jateng ini mencoba menepis rasa yang tiba-tiba menyesakkan dadanya. Namun berulang kali gagal, walaupun ia bersama kontingen sepak takraw putri sempat berfoto bersama Ibu Ganjar Pranowo yang menyaksikan babak final hingga akhir di stadion Trikora Universitas Cendrawasih, Jayapura, Papua.
Panji Kerso tiba-tiba saja teringat titian jalan panjang yang harus dilalui sebagai seorang Guru Tidak Tetap di SD Negeri 2 Gidanglo, Welahan, Jepara yang telah dijalani selama 10 tahun sejak 2011.
Sebelumnya saat Panji Kerso usai menyelesaikan program D-2 di Unnes Semarang tahun 2008, ia langsung melamar menjadi guru GTT di SD Negeri 4 Sidigede Welahan, Jepara. Ia diterima sebagai guru Penjaskes. Saat itu honor yang diterima sebesar Rp.100 ribu / bulan.
Namun pada tahun 2011, Panji Kerso kemudian pindah sebagai GTT ke SDN 2 Gidanglo, sebab ditempat awal ia mengabdi telah mendapatkan guru Penjaskes PNS. Ditempat baru ia mengabdi, Panji Kerso mendapatkan honor sebesar Rp.200 ribu. Namun demikian pada tahun 2011 hingga 2013, Panji Kerso berhasil menyelesaikan program studi sarjananya.
“Alhamdulilah pada tahun 2018, pemerintah kabupaten Jepara mulai memberikan honor untuk GTT sebesar Rp. 600 ribu rupiah,” ujar Panji Kerso saat dihubungi melalui percakapan WhatsApp Senin (4/10-2021). Namun tahun ini honor mulai dibayar oleh Bantuan Operasional Sekolah sebesar kurang lebih Rp. 600 ribu.
Panji Kerso teringat, ia belum beruntung dalam 5 kali perjuangan untuk menjadi seorang guru Penjaskes dengan status PNS. Kini dengan perasaan cemas Panji Kerso juga menunggu pengumuman tes Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Guru yang baru saja dijalani tanggal 16 September 2021. Apalagi nilainya Panji Kerso mengaku untuk wawancara nilainya 34, teknik 260 dan manajerial nilainya 193.
Secara jujur Panji Kerso mengakui, ia memerlukan penghasilan yang layak, sebab buah kasih pernikahannya dengan Siti Anggraeni Wahyu Utami pada Juni 2011, Annisa Hasna Ramadhani dan Ailla Athaya Nabila telah tumbuh semakin besar. “Tentu keluarga kami memerlukan penghasilan untuk membesarkan dan mendidik anak-anak,” ujar Panji Kerso.
Namun bukan hanya itu harapannya, dengan menjadi PNS ataupun P3K tentu akan dapat lebih fokus melatih generasi penerus sepak takraw di Jepara dan Jawa Tengah.
Pria yang saat ini tinggal di Desa Welahan RT 01 RW 04, Kecamatan Welahan – Jepara memang sejak kecil telah menggeluti olah raga sepak Takraw sejak masih duduk dibangku SDN 1 Gidanglo. Desa tempat ia dilahirkan memang merupakan pusat cabang olahraga Sepak Takraw.
Bahkan ketika ia masih duduk di bangku kelas 2 SMP N 2 Welahan prestasinya telah mulai mampak hingga ketika kelas 3 Panji Kerso harus pindah ke SMP N 6 Salatiga dikarenakan masuk Diklat PPLP Sepak Takraw Jawa Tengah yang dipusatkan di Salatiga. Lulus SMP, ia melanjutkan di MAN 2 Salatiga karena masih meneruskan diklat PPLP.
Setelah menyelesaikan Program Pendidikan D-2, ia kemudian kembali ke kampung halamannya, Gidanglo. Disamping menjadi GTT, ia juga mendapatkan tugas untuk menangani Popda SD untuk cabang olahraga Sepak Takraw. “Alhmdulillah dapat mengantarkan tim Sepak Takraw Jepara juara Popda Tingkat Provinsi Jawa Tengah,” ujar Panji Kerso.
Tahun ini Panji Kerso merasa beruntung mendapatkan amanah untuk ikut melatih tim Sepak Takraw putri Jawa Tengah dalam menghadapi PON Papua dan alhamdulillah dapat mempersembahkan medali emas untuk Jawa Tengah di nomor regu putri Sepak Takraw.
Prestasi di tingkat nasional ini tentu saja menjadi pemacu semangat Panji Kerso untuk terus mendedikasikan kemampuan untuk terus menjaga dan merawat agar olahraga Sepak Takraw terus menjadi andalan Jepara dan bahkan Jawa Tengah.
Namun jujur ia mengakui, ujung panjang penantiannya sebagai PNS atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja bagi seorang guru terus saja dinanti. Semoga doa dan harapan Panji Kerso dapat terwujud. Seperti doa, harapan dan perjuangan mengantarkan Tim Sepak Takraw Provinsi Jateng meraih emas dalam ajang PON di Papua.
Hadepe