SEMARANG (SUARABARU.ID) – Ketua Badan Kerja Sama Organisasi Wanita, Nawal Arafah Yasin menyebut, saat ini angka kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di Jawa Tengah terbilang tinggi, namun ada penurunan.
Hal itu, ia ucapkan saat berlangsungnyta Musyawarah Daerah (Musda) dengan Tajuk Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi Jawa Tengah, secara virtual, Senin (27/9/2021).
“Dari data pelaporan aplikasi Simfoni PPA jejaring Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) kabupaten/kota dan provinsi, tahun 2020, korban kekerasan menurut jenis kelamin bagi perempuan dewasa (usia 18 tahun ke atas) adalah 809 korban,” katanya.
Dari data tersebut, dibandingkan tahun sebelumnya yakni 2018-2019 terdapat penurunan yang signifikan. “Korban kekerasan menurut kelompok usia 0-18 tahun (anak) sebanyak 1.197 korban, relatif turun dibanding tahun 2019, 2018, dan 2017,” terang Ning Nawal sapaan akrabnya.
Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen itu juga menjelaskan bahwa saat ini angka pernikahan dini anak perempuan mengalami kenaikan.
“Pada tahun 2020 terjadi kenaikan jumlah perkawinan anak perempuan yang sangat signifikan, dari 672 (tahun sebelumnya) melonjak menjadi 11.301 atau terjadi kenaikan sebesar 10.629,” paparnya.
Untuk itu, diperlukan beragam solusi yang kompleks untuk menekan angka-angka tersebut. Salah satunya, dengan Meningkatkan peran, kapasitas kelembagaan Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia (KPPI) Jawa Tengah.
“Para wanita yang ikut berpolitik, akan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan publik, serta membaiknya kebijakan, program dan aggaran untuk pemberdayaan perempuan,” tuturnya.
Menurutnya, hal itu meningkatkan akses, partisipasi, dan manfaat perempuan terhadap sumber daya pembangunan (kesejahteraan perempuan).
“Oleh karena itu, penguatan peran dan kapasitas kelembagaan KPPI Jateng sangat urgen untuk kita lakukan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum KPPI, Dwi Septiawati, berharap dengan adanya Musda kali ini mampu mencapai target yakni 30% wanita di Jateng bisa menjadi parlemen.
“Mudah-mudahan, kolaborasi optimal dan sinergitas yang terjadi antara perempuan politik dengan seluruh elemen bangsa mampu mewujudkan komitmen kita bersama, yakni terwujudnya 30persen wanita parlemen pada 2024,” ucapnya.
Hery Priyono