blank
Beberapa pembicara hadir dalam webinar dan launching 'Book Chapter, Dinamika Masyarakat di Masa Pandemi', Rabu (15/9/2021). Foto: dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)– ‘Ingat Pesan Ibu’. Kalimat itulah yang sering muncul di televisi, untuk mengingatkan masyarakat agar selalu mewaspadai covid-19, dengan menerapkan 5 M, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Ya, pesan seorang ibu akan selalu diingat siapa saja. Karena perempuan dianggap memiliki ketangguhan, dan mampu mengisi celah kehidupan dalam situasi yang tidak menyenangkan sekalipun.

Hal itu seperti diungkapkan Kepala Pusat Kependudukan, Perempuan, Perlindungan Anak (PKPPA)-Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UPGRIS, Dr Arry Handayani SPsi MSi, dalam webinar dan launching ‘Book Chapter, Dinamika Masyarakat di Masa Pandemi’, Rabu (15/9/2021).

BACA JUGA: Kapolres Wonosobo Sambut Baik Kiprah Forum Pemuda 86

Dia menambahkan, pandemi covid-19 yang makin berkembang dengan varian baru itu, menimbulkan berbagai masalah. Antara lain, kelelahan mental karena ketidakpastian berakhirnya pandemi, dan juga adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), serta beberapa hal lainnya.

”Individu yang memiliki mental sehat, akan mampu mengatasi masalah dengan cara efektif dan bertanggungjawab terhadap setiap perilakunya. Sebaliknya bila kesehatan fisik memburuk, sulit berkonsentrasi, emosional, cemas berlebihan, akan menjadi stres, depresi, hingga bertindak kriminal,” kata Arry dalam penjelasannya.

Sementara itu pembicara lainnya, Untari Narulita Madyar Dewi SIP MHI, menyajikan hasil penelitian yang dilakukan beberapa perguruan tinggi, tentang dampak covid-19 terhadap peran perempuan di Asia Tenggara. Penelitian itu dilakukan pada 30 Januari 2020, usai WHO mendeklarasikan corona virus di Cina, sebagai pandemi global.

BACA JUGA: Kunjungi Posko TMMD, Dandim Ingatkan Agar Anggota Berbaur Dengan Masyarakat

”Asia Tenggara dekat dengan Cina, sehingga aktivitas bisnis, pariwisata, bahkan ekspor impor terkoneksi secara langsung,” ujar staf pengajar jurusan Hubungan Internasional Fisipol Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta itu.

Dari hasil penelitian itu diketahui, antara lain implikasi dalam aspek kesehatan perempuan di Asia dan Pasifik, mengalami kesehatan mental dan emosional. Perempuan lebih sedikit menerima informasi terkait covid-19 daripada laki-laki.

Implikasi dalam aspek pekerjaan, banyak perempuan yang bekerja di sektor informal harus kehilangan pekerjaannya. Perempuan mengalami penurunan upah dalam pekerjaan daripada laki-laki. Selain itu, adanya peningkatan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.

BACA JUGA: Buruh Rokok Kudus Bakal Terima BLT Rp 300 Ribu/Bulan, Dicairkan Lewat Setda

Teknologi dan komunikasi digital, menjadi sarana utama selama covid-19, namun tidak semua masyarakat memiliki akses terhadap komunikasi digital itu.

Data dari Global System for Mobile Communication Associations (GSMCA) menjelaskan, isu ‘mobile gender gap’ masih sangat substansial. Misalnya di Indonesia, sebanyak 8 persen perempuan tidak memiliki akses terhadap telepon genggam/ponsel.

Dengan rendahnya informasi yang diperoleh kaum perempuan terkait upaya preventif pencegahan covid-19, berdampak pada peran mereka dalam melindungi dan menjaga keselamatan keluarga di masa pandemi ini.

BACA JUGA: Peserta Vaksin Covid-19 yang Digelar Partai Nasdem Wonosobo Membludak

Webinar yang digelar kerja sama antara PKPPA-LPPM Upgris Semarang dengan PSW Unisri itu, dipandu Yuli Kurniawati Werdiningsih SS MA.

Kontributor peneliti selain dari Upgris dan Unisri, ada juga dari Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Universitas Brawijaya (Unbraw) Malang, Universitas Syiah Kuala, USM, Universitas Trunajaya, Universitas Bandung, dan Universitas Portsmouth.

Humaini-Riyan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini