blank
Perahu nelayan di TPI Menganti Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kebumen, tidak beroperasi melaut akibat gelombang tinggi dan angin kencang.(Foto:SB/Ist)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Para nelayan maupun Tim SAR nelayan di pantai selatan Kecamatan Ayah, Kebumen, mengaku belum pernah melihat adanya cahaya terang atau fenomena Milky Seas.

“Kami sudah meminta keterangan para nelayan maupun anggota Tim SAR apakah setahun ini pernah melihat cahaya terang di laut malam hari. Mereka menyatakan tidak melihat keanehan itu,”ungkap Komandan Tim SAR Nelayan Lawet Perkasa Ayah Bejo Priyono kepada Suarabaru.id, Jumat (10/9) malam.

Meski begitu, Bejo menyatakan, bila ada keganjilan di laut yang nampak kasat mata, nelayan akan merekam. Biasanya nelayan akan segera menyampaikan informasi aneh itu ke rukun nelayan dan Tim SAR nelayan.

Seperti diketahui, belakangan ini media sosial viral fenomana cahaya  di laut selatan. Bahkan fenomena itu diungkap  BMKG Amerika Serikat, melalui Badan Kelautan dan Atmosfire Nasional (NOAA).

Menurut NOAA, fenomena tersebut bernama Milky Seas. NOAA menemukan fenomena itu pada malam hari berkat satelit.

Sedangkan pada situs Nature , para peneliti AS menemukan citra berbentuk seperti  lautan putih besar di Samudera Hindia bagian timur atau di selatan Pulau Jawa.

Terpisah peneliti geologi pada Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Karangsambung Kebumen Badan Riset dan Invoasi Nasional (BRIN) Ir Chusni Ansori MT saat dihubungi menyatakan, jika fenomena cahanya itu dikaitkan dengan gempa selama ini belum ada bukti terkait fenomena tersebut.

Menurut peneliti senior di BRIN (LIPI) Karangsambung itu, kemungkinan fenomena cahaya di laut selatan Jawa tersebut terkait iklim atau organisme, seperti yang ditemuka peneliti AS memang masuk akal.

“Kalau melihat bentuk cahaya mendekati  zone Subduksi aktif,  bisa juga diduga bahwa di situ ada peningkatan tekanan yang kemungkinan berpengaruh terhadap trap gas sehingga mengeluarkan cahaya. Tapi ini hipotesis,”terang alumni S1 dan S2 Jurusan geologi UGM itu.

Menyinggung gelombanga pasang akhir-akhir ini di pantai selatan, Chusni berpendapat gelombang tinggi tidak terkait dengan tekanan tektonik. Hal itu lebih ke hidrografi dan iklim saja. Artinya, gelombang tinggi terkait fenomena perubahan suhu dan  tekanan udara, tidak terkait dengan  potensi gempa.

Chusni menjelaskan, gelombang tinggi bisa dikaitkan dengan gempa, akan terjadi jika sudah ada displacement atau pergerakan dasar lautnya. Artinya, pascagempa besar biasanya segera diikuti gelombang pasang.

Sedangkan Ketua Tim SAR nelayan Ayah Kebumen Bejo Priyonno mengakui, selama sepekan ini gelombang tinggi dan angin kencang melanda pantai selatan Kebumen.  Ombak mencapai 4-6 meter. Sebagian besar nelayan pantai selatan Ayah memilih tidak melaut.

 

Komper Wardopo

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini