Timnas U17 Indonesia. Foto: dok/timnas indonesia

Oleh: Amir Machmud NS

// resapilah dengan rasa/ lolos lewat perjuangan/ bukan sekadar lantaran hak/ atas realitas lain/ ini soal gol dan permainan//
(Sajak “Garuda Remaja”, 2025)

SENIN 14 April lusa, Indonesia akan bersua Korea Utara untuk berebut tiket semifinal Piala Asia U17 di Jeddah, Arab Saudi.

Lolos sebagai juara Grup C, di perempatfinal I Putu Panji Apriawan dkk dijadwalkan menghadapi runner up Grup D, Korea Utara.

Impresivitas skuad asuhan Nova Arianto bakal diuji: mampukah berlanjut ke babak empat besar, setelah meraup tiga kemenangan di babak grup?

Bagaimanapun, sejarah telah tercipta. Anak-anak Indonesia lolos ke Piala Dunia U17 yang akan digelar di Qatar, November mendatang.

Sejarah Penting
Lalu apa bedanya: Piala Dunia U19 1979 dan Piala Dunia U17 2023, dari Piala Dunia U17 2025?

Bagi Indonesia, semuanya tentu membanggakan; membawa kisah dan sejarah penting dalam lintasan persepakbolaan nasional. Yang membedakan tentu prosesnya.

Kualifikasi untuk menuju putaran final Piala Dunia, cukup berliku; seperti yang kini sedang ditempuh tim senior di Grup C Pra-Piala Dunia Zone Asia.

Untuk tim U17, proses yang sekarang berlangsung melalui putaran final Piala Asia U17 di Arab Saudi menerbitkan kebanggaan tersendiri. Evandra Florasta dkk lolos ke Piala Dunia lewat hasil yang pantas membuat kepala tegak: mengalahkan “macan Asia” Korea Selatan 1-0, menekuk Yaman 4-1, dan menutup babak grup dengan kemenangan 2-0 atas Afghanistan.

Pada 1979, Subangkit dkk berhak menjadi peserta Piala Dunia Yunior di Tokyo, setelah tim-tim lain yang sebenarnya meraih tiket Asia — Irak dan Korea Utara –, menolak hadir. Indonesia yang ditunjuk FIFA sebagai pengganti, kalah 0-5 dari Argentina yang diperkuat Diego Maradona dan Ramon Diaz, takluk 0-5 dari Polandia, dan 0-6 dari Yugoslavia.

Sedangkan pada 2023, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah Piala Dunia U17, sehingga mendapat tiket otomatis ke putaran final. Indonesia dua kali bermain imbang, 1-1 melawan Ekuador dan Panama, lalu kalah 1-3 dari Maroko.

Sejarah
Di Arab Saudi kali ini, tim U17 yang dibesut Nova Arianto membukukan sejarah penting, mengalahkan Korsel 1-0.

Pria asal Semarang — putra pelatih legendaris Sartono Anwar — itu menjadi orang ketiga setelah Indra Sjafri dan Shin Tae-yong yang mampu membawa tim menundukkan Korea. Coach Indra meracik Evan Dimas dkk dengan permainan solid, menaklukkan Korea 3-2 di kualifikasi Piala Asia U20 2014 di Jakarta, sedangkan STY mengarsiteki tim U23 mengalahkan Korea di perempatfinal Piala Asia U23 di Qatar lewat adu penalti dengan 11-10.

Gol Evandra Florasta ke gawang Korea di Jeddah, 4 April lalu menorehkan sejarah berikutnya. Kemenangan di pertandingan pertama itu memperkuat rasa percaya diri untuk mengalahkan Yaman, melempangkan jalan menuju ke Piala Dunia U17 di Qatar, November 2025.

Hasil babak grup Piala Asia ini menegaskan lompatan prestasi yang belum pernah dicapai, yakni lolos ke Piala Dunia lewat proses kualifikasi. Menjadi lebih berkesan karena dicapai di tengah perjuangan tim senior di putaran ketiga kualifikasi, yang masih akan ditentukan dari hasil dua pertandingan terakhir, Juni mendatang.

Memotivasi
Capaian para remaja kita di Jeddah kali ini patut memotivasi pembinaan sepak bola nasional. Kita harapkan, ini menjadi elemen penting yang mendorong pembenahan kualitas kompetisi liga.

Contoh penampilan I Putu Panji Apriawan dkk patut menjadi pelecut bagi klub-klub liga untuk membangun akademi pembinaan remaja secara serius, karena faktor ini menjadi kunci menelurkan pemain-pemain berbakat.

Pada sisi lain, proyek naturalisasi pemain dan pemberian kewarganegaraan bagi para pemain diaspora yang sekarang masih menjadi pro-kontra, diposisikan sebagai pemicu untuk membenahi kompetisi di semua sektor.

Satu-satunya jawaban untuk meningkatkan mutu timnas adalah kualitas liga. Jika liga berkualitas, maka harapan bagi kemunculan pemain dengan kesiapan teknik, fisik, dan mental bisa lebih diharapkan. Jika liga berkualitas, kemunculan pemain yang bisa menarik minat klub-klub luar negeri juga bisa lebih dimungkinkan.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari penampilan tim U17 di Piala Asia 2025 ini. Mulai dari motivasi para bocah, kepercayaan diri, realitas mutu pemain, juga bagaimana merefleksikan atmosfer kegairahan persepakbolaan nasional.

Di perempatfinal Senin lusa, apa pun hasil yang diraih I Putu Panji dkk ketika menghadapi Korea Utara, tidak mempengaruhi tiket lolos ke Piala Dunia.

Tuntaskan missi, coach Nova…

Amir Machmud NS; wartawan Suarabaru.Id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah