blank
Ganjar mencoba menyalakan kompor yang memanfaatkan gas rawa atau Biogenic Shallow Gas (BSG) di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Warga setempat pun, kini bisa memanfaatkannya untuk keperluan memasak. Foto: dok/ist

BANJARNEGARA (SUARABARU.ID)– Pemanfaatan gas rawa atau Biogenic Shallow Gas (BSG) di Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, diharapkan menjadi spirit desa mandiri energi. Hal itu juga dapat menginspirasi wilayah lain di Jateng, untuk memanfaatkan energi serupa.

”Saya senang spirit desa mandiri energi bisa diwujudkan. Di tanah kita yang kita injak ini, ternyata ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan, yaitu gas,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, seusai meninjau dan meresmikan separator Biogenic Shallow Gas di Desa Pegundungan, Pejawaran, Banjarnegara, Rabu (18/8/2021).

Menurutnya, BSG di Desa Pegundungan saat ini sudah dialirkan dan digunakan warga di 25 rumah. Setidaknya masih ada sekitar 138 rumah yang belum terpasang instalasi BSG. Ganjar menyampaikan, setelah peresmian itu nanti dari Dinas ESDM Provinsi Jateng akan membantu pemasangan instalasi di 100 rumah.

BACA JUGA: Pengembangan Proyek Geothermal di Dieng Bisa Jadi Wisata Energi

”Mudah-mudahan nanti yang lainnya tinggal kita bereskan. Ada sekitar 138 KK lagi yang akan menggunakan, dan nanti semua ter-cover. Dinas ESDM akan bantu pemasangan untuk 100 rumah, sisanya nanti dari desa. Lumayan dengan BSG tidak akan ada lagi uang yang dikeluarkan untuk beli elpiji, karena di sini sudah disediakan,” bebernya.

Ganjar juga meminta peta geologis daerah-daerah yang mengandung sumber gas rawa. Di titik-titik yang terpetakan itu nanti, akan dibuat sumur-sumur untuk cadangan BSG.

”Kalau lah usianya 25 tahunan, maka kita siapkan untuk tahun ke-26. Jadi di mana lagi sumbernya, kalau dapat 25 tahun lagi, artinya kita bisa 50 tahun betul-betul mandiri,” ungkapnya.

BACA JUGA: Dinas Tenaga Kerja Jakbar Tutup 40 Perusahaan Karena Langgar Prokes Saat PPKM

Selain di Pegundungan, praktik pemanfaatan gas rawa juga sudah dilakukan di Grobogan dan Sragen. Untuk itu Ganjar berharap, semakin banyak lagi tempat yang mengadopsi model serupa.

”Dinas ESDM sudah saya minta untuk mencari potensi serupa di Jateng itu, ada di mana saja. Model seperti ini juga sudah kita gunakan di Grobogan dan Sragen. Kita ini sebenarnya kaya, kalau level desa saja bisa mandiri energi, tentu jos gandos,” ungkap dia.

Sementara itu, Kepala Desa Pegundungan, Murti menambahkan, pengelola separator BSG itu akan diserahkan kepada BUMDes. Masyarakat dikenai iuran yang jauh lebih hemat, yakni sekitar 50 persen daripada membeli gas elpiji.

BACA JUGA: Alumni Akpol 1998 Gelar Refleksi Kebangsaan Wujudkan Nasionalisme

”Nanti akan dikelola BUMDes, ini baru ada 25 rumah, masih ada 138 rumah yang nanti akan dipasang instalasinya. Kami berharap, ini bisa menjadi Desa Mandiri Energi,” imbuhnya.

Sebagai informasi, sebelum dibuatkan separator oleh Dinas ESDM Provinsi Jateng, masyarakat di Desa Pegundungan sudah memanfaatkan gas rawa itu secara manual. Sementara untuk pembuatan sumur, membutuhkan kedalaman sampai delapan meter.

Riyan