KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID)- Kegiatan belajar mengajar secara daring sudah satu tahun lebih dilakukan di seluruh Indonesia, karena pandemi covid-19.
Namun, pelaksanaan belajar dari rumah secara daring tersebut banyak mengalami kendala. Salah satunya, tidak semua wilayah dapat terlayani jaringan internet secara baik. Selain itu, alat komunikasi yang dimiliki orangtua siswa juga sangat terbatas.
Kendala yang dialami oleh siswa dan orangtua siswa tersebut, mengilhami T Agung Nugroho (42) warga Dusun Jetis Sukasari RT1 /RW1, Desa Pagersari, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang untuk memberi layanan internet gratis bagi para siswa di dusun setempat.
Di rumahnya yang berada di tepi Jalan Raya Blabak- Boyolali Km 2 Blabak, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang sejumlah siswa tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama dengan tekun mengikuti pelajaran sekolah secara daring.
Agung mengatakan, kepeduliannya terhadap pendidikan utamanya bagi anak- anak sekolah tersebut, muncul pada awal pandemi Covid-19 setahun lalu, banyak anak-anak yang tidak belajar melainkan malah mencari ikan, main keplekan burung dara. Meskipun disarankan untuk tetap belajar dari rumah.
“Kepedulian saya terhadap anak-anak sekolah agar bisa mengikuti pelajaran secara daring, dengan memberikan layanan internet gratis tersebut telah berjalan sejak awal pandemi Covid-19 satu tahun silam,” kata T Agung Nugroho, Senin (2/8/2021).
Menurutnya, anak-anak yang mencari ikan di parit tersebut mengaku tidak belajar di jam sekolah dengan alasan tidak punya kouta internet untuk bisa mengakses belajar secara daring.
Lalu, dirinya menawarkan kepada anak-anak tersebut untuk bisa belajar secara daring dari rumah miliknya yang ada di Jalan Raya Blabak- Boyolali KM 2 yang dilengkapi dengan sarana wifi.
Namun, tawaran tersebut juga masih membuat anak-anak tersebut masih enggan untuk belajar. Karena, alasan lain yakni tidak memiliki telepon pintar atau telepon pintar hanya punya satu dan digunakan orangtuanya..
“Dari keresahan tersebut, kebetulan saya memiliki sarana seperti telepon pintar sebanyak tiga buah dan laptop dua. Dan, akhirnya mengumpulkan anak-anal tersebut untuk belajar dari rumah saya ini,” kata pria yang akrab disapa Begawan Prabu ini.
Untuk kegiatan belajar dan mengajar dari rumahnyaa tersebut, Agung memang membatasi jumlah anak-anak yang ikut belajar. Yakni, maksimal sebanyak 10 orang.
Namun, di awal tahun pelajaran baru ini, hanya sekitar 4-5 siswa sekolah dasar dan SMP yang memanfaatkan jaringan internet gratis tersebut.
Pembatasan jumlah siswa yang belajar tersebut dikarenakan, selain untuk memenuhi prosedur kesehatan. Juga, bila jumlah anak lebih dari 10 orang, maka kapasitas internet akan melemah dan malah mengganggu belajarnya.
Ia menambahkan, meskipun dirinya harus mengeluarkan sejumlah uang secara pribadi untuk membeli kouta internet. Namun, dirinya secara sukarela dan tidak meminta apapun dari para orangtua siswa tersebut.
“Karena sudah menjadi tekad saya untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak di sini, saya tidak pernah meminta apapun kepada mereka,” katanya.
Ia mengatakan, yang sangat luar biasa dan seperti tidak masuk akal. Selama dua bulan liburan kemarin, yang seharusnya internetnya tidak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Tetapi, ia malah tidak punya kuota internet.
Namun, saat anak –anak mulai belajar di rumahnya, kuota internet tidak pernah habis dan tahu-tahu ada rezeki entah dari mana ia bisa memenuhi kouta internet tersebut.
Selain memberikan layanan internet gratis dan tempat untuk belajar, Agung juga memberikan bimbingan kepada siswa-siswa tersebut, agar bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik dan mudah diterima.
Upaya dari Agung Nugroho memberikan layanan internet gratis untuk kelancaran belajar siswa secara daring tersebut diapresiasi oleh para orantua.
“Kami sangat terbantu dengan adanya sarana internet gratis untuk kelancaran belajar secara daring. Dan anak saya bisa belajar secara daring,” kata salah satu orangutan siswa, Bambang Musmantoro. Yon