Performance art ini menyimbolkan bagaimana peran Sang Dewi dalam menuntun dan melindungi tanaman padi dan hasil panen para petani . Foto Kanal Budiarto

Oleh : Septiana

Ratusan warga desa dan pemuda tumpah ruah di area persawahan desa Kawak, Jepara, Sabtu, 5 April 2025. Tampak para penari berbaris dalam pembukaan prosesi Wiwitan. Mereka menampilkan Tarian Dewi Sri dan memimpin arak-arakan yang membawa beberapa hasil bumi menuju ladang.

Performance art ini menyimbolkan bagaimana peran Sang Dewi dalam menuntun dan melindungi tanaman padi dan hasil panen para petani di desa. Selayaknya di dunia nyata, kondisi menanam dan panen kadang tidak selalu lancar. Dimana saat di tengah perjalanan penari dan rombongan petani dihadang oleh para buto yang menyimbolkan gangguan hama seperti wereng, tikus, yuyu dan kondisi alam yang kadang tidak bersahabat.

Tampak para penari bersama tamu undangan dalam pembukaan prosesi Wiwitan Desa Kawak Jepara. Foto: Kanal Budiarto

Gamelan dan gerak tari yang terpadu membuat pagelaran di tengah sawah ini menjadi pertunjukan apik yang menceritakan bagaimana perjalanan para petani dalam bekerja, dari musim tanam hingga panen tiba dan bagaimana kegigihan mereka serta kepasrahan mereka akan perlindungan Allah pada tanaman yang mereka rawat.

Setelah pertunjukan tari selesai, acara dilanjutkan dengan prosesi Krayahan yaitu jamuan makan di sebuah meja panjang yang berisi tumpengan dan palawija yang disediakan dari hasil bumi para petani dan sebagian masyarakat desa Kawak Jepara. Prosesi ditutup dengan pertunjukan Reog yang memeriahkan suasana sembari mengiringi prosesi krayahan.

Para penari tampil dalam pembukaan prosesi Wiwitan Desa Kawak Jepara. Foto: M. Kenzie Arzaquna Kanal

“Kegiatan ritual wiwitan panen padi dahulu dilaksanakan di semua masyarakat yang mau panen.  Namun sekarang tidak semua melakukannya.  Nah kami di desa Kawak ini tetap melestarikan secara seremonial dan disaksikan oleh orang banyak. Harapannya bisa lagi dilestarikan kegiatannya dan maknanya yaitu sebuah rasa syukur kepada Gusti Allah pada padi yang bagus sehingga berikutnya dapat tumbuh lebih baik lagi,” ujar Petinggi Kawak Eko Heri Purwanto

Forkopimcam Pakis Aji dan Kabid Kebudayaan Diparbud saat melakukan panen padi. Foto: Kanal Budiarto

Sementara Kabid Kebudayaan  Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Agus Wibowo menyatakan sangat mendukung serta memberikan apresiasi event tradisi yang digelar oleh Masyarakat, khususnya di Desa Kawak ini. “Ritual  wiwitan yang dibungkus secara apik ini akan menjadi daya tarik wisata sehingga perlu dilestarikan dan dikembangkan di tahun-tahun mendatang,” ujar Agus Wibowo

Sedangkan  Amin Ayahudi selaku sesepuh dan salah satu konseptor acara menuturkan ritual acara selamatan petik pertama padi atau biasa disebut wiwitan ini adalah prosesi yang selalu dilaksanakan para petani, baik itu dilakukan secara pribadi maupun secara kolektif seperti yang diselenggarakan di Desa Kawak.

Arakan tumpeng dan palawija hasil bumi oleh para petani. Foto : M. Kenzie Arzaquna Kanal

“Kami berharap di Desa Kawak ini tetap bisa melestarikan upacara tradisi ini sebagai simbol rasa syukur kami kepada Gusti Allah yang telah memberikan padi yang bagus. Harapannya  tahun yang akan datang akan dapat tumbuh lebih baik bagi,” ucapnya.

Disamping itu acara ini diharapkan menjadi hal yang menumbuhkan rasa cinta anak muda pada sektor pertanian seperti tujuan kami dalam Membangun Desa Wisata Berbasis Pertanian,” pungkas Amin Ayahudi. Semoga anak  muda tumbuh dan bangga menjadi petani dan bagian dari sektor pertanian itu sendiri

Pada akhirnya Amin menjelaskan, di desa Kawak ini, ada juga kegiatan budaya lain seperti pesta kembang api, pesta sepak bola api, gogo lele dan upacara-upacara tradisi lainnya. “Ini tujuannya untuk  nyengkuyung kegiatan masyarakat dan pemuda desa untuk lebih maju dan rukun.” pungkas Amin dengan bangga saat ditemui setelah acara.

Penulis adalah pegiat budaya Jepara