Oleh Djoko T Purnomo
Hari Nelayan merupakan momentum penting untuk mengenang, menghargai, dan memperkuat eksistensi para nelayan sebagai pilar utama dalam ketahanan pangan laut dan identitas maritim bangsa.
Di Jepara, peringatan ini seharusnya memiliki makna yang lebih mendalam, karena Jepara bukan hanya dikenal sebagai kota ukir, tetapi juga kota pesisir yang sarat dengan sejarah kelautan, keberanian, dan spiritualitas nelayan tradisional.
Dari masa Ratu Kalinyamat hingga era modern, masyarakat pesisir Jepara telah menjadi simbol kegigihan, kesederhanaan, dan kearifan dalam menjaga laut sebagai sumber kehidupan dan budaya.
Melalui peringatan Hari Nelayan, kita diajak untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur yang hidup dalam komunitas nelayan: kerja keras, gotong royong, keselarasan dengan alam, serta keteguhan dalam menghadapi tantangan zaman.
Peringatan ini juga menjadi panggilan bagi kita semua untuk terus memperjuangkan hak dan kesejahteraan nelayan, serta menjaga kelestarian laut sebagai warisan untuk generasi mendatang.
Sejarah Hari Nelayan Nasional
Hari Nelayan Nasional diperingati setiap tanggal 6 April. Penetapan ini merujuk pada pentingnya peran nelayan sebagai garda depan dalam ketahanan pangan laut Indonesia. Tanggal ini mulai diperkenalkan sebagai bentuk penghargaan terhadap profesi nelayan yang telah lama menjadi bagian dari budaya maritim bangsa.
Tujuan Utama Hari Nelayan:
* Mengapresiasi kerja keras nelayan dalam menjaga ketahanan pangan laut.
* Meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan laut dan ekosistem.
* Mendorong inovasi dan perlindungan terhadap hak-hak nelayan tradisional.
Filosofi Hari Nelayan
Hari Nelayan mengandung filosofi mendalam tentang:
* Keteguhan dan ketulusan: Nelayan pergi melaut meski cuaca tak menentu, sebagai simbol keteguhan dalam mencari nafkah.
* Keseimbangan manusia dengan alam: Nelayan hidup berdampingan dengan laut, menjaga keseimbangan ekosistem agar sumber daya terus lestari.
* Keadilan dan kemandirian: Memperjuangkan hak-hak nelayan kecil terhadap monopoli dan eksploitasi industri besar.
Dalam nilai budaya Jawa, filosofi nelayan sering dikaitkan dengan ajaran “sabar, nrimo, lan eling” — menerima dengan bijak hasil yang diperoleh dari laut sebagai wujud laku spiritual terhadap alam.
Historis Hari Nelayan di Jepara
Kabupaten Jepara, sebagai daerah pesisir di utara Jawa Tengah, memiliki sejarah panjang dan kuat dalam bidang perikanan. Beberapa aspek historis dan budaya yang terkait dengan Hari Nelayan di Jepara:
Komunitas Pesisir Tradisional
Desa-desa seperti Ujungbatu, Bandengan, Jobokuto, dan Kedungmalang telah menjadi pusat aktivitas nelayan sejak masa Kerajaan Kalinyamat. Masyarakat pesisir ini bukan hanya menggantungkan hidup dari laut, tetapi juga menjadikannya bagian dari tradisi dan ritual.
Tradisi Laut Jepara
* Sedekah Laut atau Pesta Laut dilakukan setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kepada laut dan doa keselamatan nelayan. Tradisi ini memperkuat nilai spiritual dan gotong royong masyarakat nelayan.
Jepara sebagai Kawasan Maritim Strategis
Jepara sejak zaman Ratu Kalinyamat dikenal memiliki armada laut dan semangat maritim tinggi. Wilayah ini menjadi basis kekuatan angkatan laut perempuan yang sangat langka dalam sejarah Nusantara. Hal ini memberi dimensi historis yang sangat unik bagi masyarakat pesisir Jepara.
Modernisasi dan Tantangan Nelayan
Nelayan Jepara kini menghadapi tantangan modern seperti:
* Alih fungsi lahan pesisir,
* Penurunan hasil tangkapan karena kerusakan ekosistem laut,
* Ancaman pencemaran dan reklamasi.
Nilai Strategis Hari Nelayan di Jepara
Hari Nelayan sebenarnya bukan hanya seremoni, tetapi momentum untuk:
* Menguatkan kembali identitas maritim Jepara,
* Mendorong kebijakan yang berpihak kepada nelayan tradisional,
* Menjadikan sektor perikanan sebagai pilar ekonomi daerah.
Penutup
Sebagai bangsa yang besar karena lautnya, dan sebagai daerah yang tumbuh dari denyut nadi kehidupan pesisir, Jepara memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk terus mendukung dan memberdayakan para nelayan. Hari Nelayan bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi panggilan batin untuk menyatu dalam perjuangan masyarakat pesisir, meneguhkan semangat maritim, dan membangun masa depan kelautan yang berdaulat dan berkelanjutan.
Semoga melalui peringatan ini, tumbuh kesadaran kolektif bahwa nelayan bukan hanya pencari ikan, tetapi penjaga kehidupan. Dan Jepara, dengan segala kekayaan sejarah dan budayanya, akan terus menjadi teladan dalam membangun peradaban pesisir yang maju, adil, dan bermartabat.
Penulis adalah Pembina KNTI Jepara