KENDAL(SUARABARU.ID)– Ada yang berbeda pada perayaan Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah 2021 ini. Jika pada Hari Raya Idul Adha tahun 2020 lalu masih hampir semua pengurus takmir masjid, mushola dan RT melaksanakan pemotongan hewan qurban, sekarang tak semua melakukannya.
Jika pun ada yang masih melakukan pemotongan hewan qurban, itu karena sudah terlanjur memesan kepada pihak penjual beberapa bulan sebelumnya.
Seperti yang terjadi di Kampung Murbei RT 10-A/RW 02 Kebondalem Kendal. Di kampung ini, setiap tahun warganya secara bergiliran tujuh orang bergotong royong iuran setiap bulan antara Rp 3 juta –Rp 3,5 juta. Setelah satu tahun, uang tersebut dibayarkan kepada penjual sapi yang nilainya sejumlah uang yang dikumpulkan itu, yaitu sekitar Rp 24 juta.
Baru setelah dua hari menjelang Hari Raya Idul Adha, sapi tersebut diantar ke kampung diserahkan kepada panitia qurban.
“Karena kampung kita satu tahun sebelumnya pesan sapi kepada sang penjual, kita tak bisa membatalkan pembelian sapi tersebut, dan terpaksa tetap kita potong untuk qurban,”kata Ketua RT Suwarno,Selasa(20/07/2021).
Meski demikian, menurut Suwarno, pada pelaksanaan pemotongan sapi ini, panitia qurban tetap mengedepankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, menyiapkan tempat cuci tangan beserta sabunnya, dan membatasi warga yang membantu pelaksanaan pemotongan hewan qurban ini.
Setelah selesai dibungkus dengan plastik, seperti biasanya daging qurban ini dibagikan ke seluruh warga RT dan kepada warga kurang mampu yang ada tak jauh dari RT setempat.
Sementara, RT 09/ 02 Kelurahan Kebondalem, pada Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah tahun 2021 ini, tidak melaksanakan pemotongan hewan qurban. Hal ini dilakukan karena saat ini masih dalam PPKM Darurat.
“Sebetulnya di kampung kami, iuran sapi qurban tidak jauh berbeda dengan RT- RT yang lain. Yaitu orang tujuh iuran setiap bulan selama satu tahun dengan jumlah sesuai dengan harga sapi yang akan di sembelih. Misal per orang Rp 3 juta sampai dengan Rp 3, 5 juta rupiah. Cuma, karena pola pembeliannya sapi secara mendadak, jika kondisinya seperti sekarang ini, bisa diurungkan untuk tidak membeli sapi,”kata salah satu warga Mujamil(61).
Sedang uang dari hasil iuran itu, ditampung sementara di kas RT untuk digunakan pada tahun berikutnya, atau dikembalikan melalui rapat bulanan RT.
Menurut Mujamil, di kampungnya tahun ini hanya melaksanakan salat Idul Adha saja di mushola, dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
“Karena warga kami jumlahnya sedikit, salat Idul Adha tetap dilakukan dengan shaf yang berjarak sekitar satu meter lebih,”katanya.
Sementara di Masjid Agung Kendal, pagi hari ini terlihat sepi. Tak banyak orang yang ada di Kantor Takmir Masjid Agung itu. Biasanya, setelah selesai salat Idul Adha, banyak warga sekitar berjubel ingin melihat hewan qurban yang hendak disembelih.
“Untuk kali ini kami tidak melakukan pemotongan hewan qurban, karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19 ditambah lagi pemerintah sedang melaksanakan PPKM Darurat,”kata salah satu pengurus takmir Masjid Agung Kendal, KH Ubaidillah.
Menurut Ubaidillah, jika kondisi Indonesia khususnya Kendal masih dalam pandemi Covid-19, pihak pengurus takmir masjid tidak akan melakukan pemotongan hewan qurban, karena demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Sp