JEPARA (SUARABARU.ID) – Keberhasilan dalam pembelajaran baik dari segi kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan pemilihan media pembelajaran. Namun demikian pemilihan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan materi ajar. Juga teknik yang digunakan.
Demikian juga bahan ajar bagi anak – anak di tingkat Taman Kanak-kanak. Karena usianya, bahan ajar harus bersifat simple, kreatif, dan inovatif agar dapat dengan mudah diterima oleh anak didik. Ini penting diperhatikan, sebab, usia TK merupakan masa emas, dimana otak dan fisik anak tengah mengalami perkembangan yag sangat pesat.
Pembelajaran anak usia dini harus memenuhi 6 aspek pekembangan anak usia dini, Keenam aspek tersebut adalah aspek perkembangan nilai agama dan moral, kognitf, sosial emosional, bahasa, fisik motorik, dan seni (Kemendikbud,2014).
Perkembangan fisik motorik sangat penting untuk diperhatikan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Pada tahapan ini pendidik dapat merangsang peserta didik dengan mengajari motorik kasar dan halus.
Manfaatkan Media Alternatif
Di era teknologi sekarang, guru dituntut untuk dapat memanfaatkan secara kreatif media alternative yang ada, untuk menyajikan materi pembelajaran. Tujuannya agar dapat memunculkan minat anak didik dalam belajar.
Beragam platform media sosial dan aplikasi dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi, terutama yang dapat menarik perhatian anak.
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Unisnu Jepara, sebagai salah satu Prodi di Unisnu Jepara, sudah tentu tanggap akan keadaan ini. Apalagi Tri Dharma Perguruan Tinggi menuntut perguruan tinggi khususnya dosen untuk melaksanakan pengajaran, penelitian, dan pengabdian.
Salah satu wujudnya adalah pengabdian kolaboratif di TK Tarbiyatul Atfal Kecapi. Pengabdian ini merupakan tindak lanjut dari MoU yang sudah dibuat antara Tim Pengabdian Kolaboratif dan LPPM Unisnu Jepara.
“Ini merupakan sumbangsih Prodi PG PAUD terhadap peningkatan kompetensi pendidik khususnya terkait dengan literasi media pembelajaran berbasis cyber system yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring seperti yang sekarang sedang kita alami,” tutur ketua tim, M. Novan Zulfahmi, M.Pd.
“Harapannya semoga para pendidik mampu menyerap materi pelatihan dengan baik dan terampil dalam membuat media pembelajaran sehingga akan berdampak positif pada proses pembelajaran, baik secara online maupun face-to-face,” ujar Novan Zulfahmi.
Melalui pelatihan ini para pendidik diharapkan secara bertahap bisa memiliki sikap critical thinking dan creatif memasuki pendidikan era industri 5.0 yang berbasis IT, tambahnya.
Bedasarkan pengamatan dan kajian yang dilakukan oleh tim, permasalahan yang dihadapi oleh TK Tarbiyatul Athfal dalam pembelajaran pengembangan motoric cukup kompleks. Karena itu pembuatan “Tiktok Education Holistik Integratif“ bagi guru TK Tarbiyatul Athfal Desa Kecapi sebagai media pembelajaran motoric diharapkan menjadi salah satu solusi.
Sedangkan Endang Supriyanti, Kepala TK Tarbiyatul Atfal mengharapkan, media tersebut akan mampu menjadi media komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta didik. Sebab proses pembelajaran akan lebih menarik, menyenangkan dan mengesankan.
Hadepe