blank
Dinosaurus di Dino Land Desa Lembah Asri Serang, Purbalingga. Si Dino ini bisa bergerak dan bersuara. Foto: Widiyartono R

PURBALINGGA memang wah dalam soal pariwisata. Seingat saya, masih tahun 90-an, kita sudah mulai mengenal sebuah desa yang menjadi magnet pariwisata. Waktu itu belum ada istilah desa wisata. Desa itu bernama Karangbanjar di Kecamatan Bojongsari. Tak jauh dari pusat kota Purbalingga.

Di sana pun baru ada kerajinan rambut, yakni membuat bulu mata dan wig. Kemudian ada juga warga yang membuat sapu yang unik.

Lalu Karangbanjar pun berkembang, kemudian pengunjung bisa menginap di sana. Rumah-rumah jadi home stay. Kita menginap, paginya diajak jalan-jalan ke sawah, melihat orang menggembalakan itik, atau meihat sapid an kambing di kandang. Ya, hanya seperti itu. Ketika agak siang, kita bisa out bond di bumi perkemahan Munjuluhur.

blank
Menikmati nasi bronjol di kafe yang tersedia di D’Las. Foto: Widiyartono R

Tetapi dalam waktu singkat, muncullah Owabong. Kawasan wisata air yang sangat popular sampai sekarang. Lalu di sekitarnya ada museum wayang, museum uang, taman reptil, akuarium air tawar, dan sebagainya. Purbalingga makin dikenal.

Kini di era berkembangnya desa wisata, desa-desa di Purbalingga dengan potensinya masing-masing pun tampil sebagai desa wisata.

D’Las dan Dino Land

Salah satunya, yang menurut saya sangat spektakuler adalah Desa Wisata Lembah Asri Serang, di Kecamatan Karangreja. Desa wisata ini berkembang sangat cepat.

Oleh tangan-tangan warga desa yang tergabung dalam Pokdarwis Lembah Asri. Warga membangun sebuah kawasan wisata dengan nama yang menggelitik D’Las. Sangat terasa “ ke barat”. Mirip dengan Owabong yang dekat dengan nama Billabong di Australia.

Selain memiliki taman rekreasi, kolam air dengan sepeda bebeknya, taman bunga, kini ada yang paling baru. Namanya Dino Land. Semula saya membayangkan di sana ada patung-patung binatang purba macam dinosaurus, brontosaurus, t-Rex, dan sebagainya.

Ya, benar memang ada patung-patung itu di antara semak-semak yang sangat alami. Tetapi, ketika kita datangi patung-patung binatang purba itu langsung bergerak dan mengeluarkan suara. Ya, mirip film Jurassic Park karya Steven Spilberg itu.

Kalau ini ada di tengah kota besar, mungkin saya tidak terlalu heran. Tetapi ini di desa, di punggung gunung, yaitu Gunung Slamet. Ini di desa benar-benar desa. Tetapi atraksinya benar-benar tidak ndesani tidak kampungan.

Untuk masuk ke Taman Dino Land pengunjung hanya membayar tiket tambahan sebesar Rp 10.000, setelah sebelumnya masuk akwasan membayar Rp 5.000 per orang.

blank
Wisatawan berjalan menyusur jalan setapak di antara pohon pinus. Hawa sejuk menyegarkan. Foto: Widiyartono R

Wisata Edukasi

Wahana Taman Dino Land ini bisa menjadi sarana untuk edukasi. Sebuah wisata pendidikan yang menarik, terutama bagi anak-anak. Merka diperkenalkan dengan kehidupan zaman purba. Mereka akan bertemu Tyrannosaurus Rex (Tyrex), Velociraptor, Brachiosaurus, Stegosaurus, Triceratops, ParasauroLophus, Dilopjosaurus dan burung purba.

Ke Taman Dino Land, bisa menjadi tujuan pertama atau bahkan paling akhir. Karena atraksinya memang cukup banyak. Ada Wahana Labirin, Greenhouse Strawberry, Flying fox, ATV Bike, Play Ground, Kuda tunggang, Taman bunga, Taman Kelinci, Sepeda air, Kereta Wisata, Kolam renang dan cottage.

Di kafe tersedia makanan khas nasi bronjol, yaitu nasi jagung dicampur beras, dan sayuran yang diurap, ada ikan asing, sambal, bahkan petai. Kita bisa menyantapnya dengan minuman teh panas di hawa yang sejuk di Gunung Slamet, sangatlah menarik.

Nah, silakan datang ke Lembah Asri Serang. Wisata id desa tetapi sama sekali tidak ndesani.

Widiyartono R