JEPARA (SUARABARU.ID ) – Tingginya angka penyebaran Covid-19 di Jepara sejak akhir bulan Mei lalu membuat para pengurus gereja Kristen Protestan dan Kristen Katholik dari sekitar 100 lebih gereja yang ada di Jepara menghentikan ibadah tatap muka.
Juga kegiatan-kegiatan lain seperti sekolah minggu, ibadah khusus bagi wanita, lansia, pemuda, remaja dan kebaktian kelompok.
Penghentian ibadah tatap muka dan diganti dengan ibadah virtual atau online tersebut diungkapkan oleh pengurus GKMI Welahan, Jepara, Mlonggo, Keling. Juga pengurus GITJ Ujungwatu, Donorojo, Kelet, Kaligarang, Damarwulan, Margokerto, Dermolo, Poring, Sukodono, Pendosawalan, Kedungpenjalin, dan Tukrejo, Kancilan, Bondo, Balongarto, Ploso dan Pakis Suwawal. Juga pengurus gereja Katholik Stella Maris Jepara. Termasuk gereja-gereja Pentekosta di Indonesia, Gereja Alfa Omega, dan Bethel Indonesia.
Bahkan GITJ Jepara, menurut Pendeta Danang Kristiawan, sejak Mei 2020 telah merubah ibadah tatap muka dengan ibadah secara online. “Baru pada September lalu ketika situasi membaik, ada ibadah tatap muka. Itupun dilakukan secara terbatas. Untuk membatasi jemaat, maka disiarkan secara live bagi para jemaat yang di rumah seperti lansia dan yang berhalangan hadir,” ujarnya
Namun karena sejak akhir Mei situasi semakin memprihatinkan, maka mulai awal bulan Juni ini, seluruh ibadah diadakan secara online. “Bahkan hanya dibatasi 1 x live streaming. Ini juga untuk melindungi tim multimedia dari paparan virus corona karena melakukan kontak jarak dekat atau bahkan bersentuhan fisik,” ungkap Danang Kristawan. Kini kami sedang mengajukan vaksinasi utuk tim multimedia dan pekerja geraja, tambahnya.
Sementara bagi warga yang harus dirawat dirumah sakit gereja memberikan dana kasih sebesar Rp. 200 ribu. Sementara khusus bagi warga yang sedang melakukan isolasi mandiri, gereja melalui tim Diakonia membantu sembako kurang lebih Rp. 150 per KK serta vitamin. “Namun jumlah ini bisa ditambah, melihat situasi dan keadaan jemaat.
Juga untuk jemaat yang dirawat di RS kalau dari keluarga yang kurang mampu akan dibantu tali asih bagi penunggu yang harus tidak bekerja karena menunggu pasien yang dirawat. “Tali asih bagi penunggu pasien ini sebesar Rp. 50 ribu/hari,” tutur Danang yang dikenal sebagai salah satu aktivis perdamaian lintas agama.
Ia juga menjelaskan, bantuan bukan hanya bagi warga jemaat yang isman, tetapi juga bagi keluarga yang selama pandemi terdampak secara tidak langsung. “ Mereja mendapatkan bantuan dari tim peduli kasih gereja berupa sembako,” ujarnya. Sementara sumber dananya berasal dari persembahan yang dihimpun dari warga seperti persembahan natal, unduh-unduh, dan paskah yang sebagian dialokasikan untuk pelayanan kasih di masa pandemi
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sudi Siswanto, Ketua Majelis GITJ Margokerto. Gereja GITJ dengan jumlah jemaat terbesar di Jepara ini mulai datangnya ibadah tatap muka telah diganti dengan live streaming, melalui FB,YouTube GITJ Margokerto dan juga radio El Shaddai.
Live streaming juga dilakukan untuk ibadah sekolah minggu, remaja, pemuda, PKM, serta komisi wanita. ”Komisi Adi Yuswo atau lansia juga sementara dihentikan termasuk ibadah doa di 15 kelompok,”ujar Sudi Siswanto.
Sementara untuk warga yangb terpapar dn dirawat dirumah sakit gereja memberikan tali kasih sebesr Rp. 200. Sedangkan khusus untuk yang Isman dibantu sembako kurang lebih RP. 150 per KK.”Namun jika keluarga pasien kurang mampu, tali asih bisa ditambah,” ujar Sudi Siswanto. Dananya berasal dari persembahan warga jemaat
Majelis gereja dan pendeta jemaat menurut Sudi Siswanto juga aktif mengedukasi warga untuk sadar dan taat protokol kesehatan 5 M. Termasuk juga mengedukasi warga jika harus dilakukan pemakaman protokol COVID- 19.
Hadepe-D