MAGELANG,(SUARABARU.ID)- I Made Arya Dwita Dedok, seorang perupa asal Denpasar, Bali menuangkan karya imajinasinya berupa lukisan tentang kebhinnekaan di Kota Magelang pada sebuah kain kanvas.
Tema lukisan tersebut yakni, keberagaman dan kebhinekaan yang ada di jantung Kota Magelang.
Ia melukis tentang “Kampung Pancasila Mini Indonesia ” di tengah riuhnya lalu-lalang kendaraan yang melintas di depan Tugu Aniem ( tugu peringatan masuknya listrik ) di Kota Magelang, yang ada di depan Tempat Ibadah Tri Dharma Liong Hok Bio.
Lukisan dengan menggunakan media cat aklirik di atas kanvas berukuran 200 x 145 sentimeter tersebut diberi judul “Magelang In Love”.
Pemberian judul lukisan karyanya tersebut juga sebagai wujud kecintaan terhadap Magelang , yang saat ini menjadi tempat tinggal perupa sekaligus fotografer yang sejak 2009 silam.
Selain itu, pembuatan lukisan tersebut juga untuk menandai ulang tahunnya ke -50 tahun, tepat 10 Juni ini.
“Ini sebagai wujud kecintaan saya terhadap Magelang yang menjadi tempat tinggal saya sejak 2009 silam,” kata pria yang akrab dipanggil Dedok.
Ia menambahkan, keberagaman dan persatuan yang ada di jantung Kota Magelang terlihat dengan adanya empat tempat ibadah yang jaraknya hampir berdampingan.
Yakni, Klentheng Liong Hok Bio (1864), Masjid Agung Kauman (1650), Gereja Katholik St Ignatius (1865)dan Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat(GPIB) Beth-El Magelang ( 1817).
Dedok menambahkan, sebenarnya para peringatan ulang tahunnya yang genap berusia setengah abad tersebut, dirinya berencana akan melakukan pameran tunggal karya-karyanya.
Namun, karena situasi masih belum mendukung, salah satunya pandemi covid 19 yang belum berakhir, memaksanya untuk merubah rencana tersebut.
“Sebagai gantinya, saya melukis tentang kebhinekaan yang ada di Alun-alun Kota Magelang ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pinggir Kali, Muhammad Nafi menambahkan, Kampung Pancasila yang ada di Kota Magelang tersebut sudah ada sejak ratusan tahun silam.
Ia berharap, adanya Kampung Pancasila di Kota Magelang tersebut bisa menginspirasi masyarakat kota –kota lain untuk hidup dalam damai, meskipun berbeda –beda agamanya.
“Beberapa tahun lalu, sejumlah seniman Kota Magelang pernah melukis salah satu tempat ibadah yang ada di sekitar Alun –alun Kota Magelang, yakni GBIB Beth-El. Dan, lainnya bisa menyusul di kemudian hari,” kata Nafi. Yon