memedi jalur lambat
Memperingati Hari Sepeda Dunia yang jatuh pada 3 Juni, jalur lambat di Jalan Pahlawan Kota Magelang dipasangi “memedi jalur lambat”. “Memedi Jalur Lambat” tersebut dipasang sebagai ungkapan pesepeda yang gelisah banyaknya pemotor yang menyerobot dan melawan arus di jalur itu. Foto: Yon

MAGELANG (SUARABARU.ID)- Gelisah dengan banyaknya pengendara sepeda motor yang menyerobot jalur lambat atau jalur khusus sepeda, Bagus Prijana seorang penggiat sepeda di Kota Magelang menggelar pameran instalasi di jalur tersebut.

Lima buah sepeda dipasang silang di jalur lambat yang ada di Jalan Pahlawan, tepatnya di Kampung Boton, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang, Kota Magelang.

Kelima sepeda  tersebut ada sepeda tertua  yang dipasang di jalur lambat tersebut yakni, sepeda gunung, sepeda balap, sepeda “onthel” atau pit kebo.

Kemudian dua sepeda lainnya yang merupakan koleksi dari Bagus Prijana  yang merupakan sepeda unik, yakni replika karya Pierre dan Ernest Michaux dari Perancis di tahun 1863 dan sepeda kuna  merek “Dragon” buatan tahun 1916.

Kelima sepeda yang dipajang tersebut dilengkapi mirip boneka yang terbuat dari barang bekas, berupa kranjang kecil “ mata era” dan ditutupi menggunakan jas hujan.

Boneka yang dipasang tersebut  mirip dengan “memedi sawah” (orang-orangan untuk mengusir burung di sawah), tetapi tidak dipasang di  tengah tanaman padi, melainkan di jalur lambat. Sehingga tidak jarang ada beberapa orang yang sedang melintas menyebutkan “Memedi Jalur Lambat”.

Di sisi depannya juga ditempeli kertas yang bertuliskan  himbauan bagi para pengendara sepeda motor untuk tidak menyerobot jalur lambat.

Adanya boneka yang mirip memedi sawah sambil mengayuh sepeda di jalur tersebut, tidak jarang pesepeda motor yang melawan arus terpaksa harus putar arah dan tidak jadi melawan arus. Tetapi, tetap ada pula pemotor yang nekat menyerobot jalur yang semestinya digunakan kendaraan tidak bermotor.

“Pameran seni instalasi sepeda sederhana ini digelar dalam rangka memperingati Hari Sepeda Dunia yang diperingati setiap 3 Juni,” kata Bagus

Bagus mengatakan, “Memedi Jalur Lambat” tersebut memakai jas hujan juga mempunyai makna  tersendiri, yakni untuk melindungi para pesepeda. Yakni, pesepeda mempunyai hak untuk dilindungi dari ancaman pelanggaran lalu-lintas oleh pengendara kendaraan bermotor.

“Selain itu, di masa pandemic covid-19 seperti saat ini,  dengan berolahraga salah satunya bersepeda bisa menambah imunitas tubuh,” imbuhnya.

Ia menambahkan,  “Memedi Jalur Lambat” tersebut  sengaja ia pilih untuk memperingati Hari Sepeda Dunia, karena masih banyak para pengendara sepeda motor yang menyerobot hak- hak pesepeda, yakni menyerobot dan melawan arus di jalur lambat tersebut.

Bagus mengatakan, dirinya pernah menghitung dalam jangka waktu 60 menit atau satu jam, pengendara sepeda motor  yang menyerobot dan melawan arus di jalur lambat yang ada di Jalan Pahlawan, sebanyak 30 orang.

“Jumlah tersebut sangat tinggi, dan waktu  pelanggaran tersebut tidak hanya pada jam-jam sibuk, melainkan hampir tiap jam baik pagi, siang maupun sore hari,” ujarnya.

Menurutnya, masih tingginya pelanggaran yang terjadi di jalur sepeda atau jalur lambat tersebut, menunjukkan kesadaran masyarakat khususnya pengguna kendaraan bermotor untuk tertib berlalu –lintas masih rendah. Yon.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini