SEMARANG (SUARABARU.ID)– Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menyatakan, pihaknya sudah menyiapkan anggaran untuk memugar makam guru bangsa, KH Sholeh Darat, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Randusari, Semarang.
Dalam acara Bahtsul Masail Diniyah (pembahasan masalah-masalah agama) yang diselenggarakan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat (Kopisoda), dan Dzuriyah Keluarga KH Sholeh Darat di Hotel Pandanaran, Semarang, belum lama ini, Plt Kabag Kesra Pemkot Semarang, Ali Sofyan mewakili Wali Kota, membenarkan hal itu.
Namun Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Dinperkim) Kota Semarang, H Ali ST MM, belum bersedia menjelaskan anggaran yang disiapkan untuk membangun makam guru KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah itu.
BACA JUGA: Hendi Dorong Mahasiswa Berikan Pendampingan pada UMKM Masa Pandemi
Wali Kota juga sudah menyiapkan anggaran untuk pemugaran makam Sunan Pandanaran pendiri Kota Semarang, dan Sun An Ing di kompleks Sunan Kuning, Semarang Barat.
”Bahtsul Masail Diniyah diselenggarakan untuk mendengarkan penjelasan dan kajian para alim ulama, tentang rencana pemugaran makam KH Sholeh Darat,” kata Ali Sofyan dalam keterangannya usai acara.
Sebab, sebelum ada rencana pemugaran ini, ada keinginan dari sejumlah pihak untuk memindahkan makam KH Sholeh Darat ke tempat yang lebih layak. Misalnya di sebelah barat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), di Jalan Gajah Raya, Semarang. ”Namun para Kiai keberatan kalau harus memindahkan makam,” jelasnya.
BACA JUGA: Lonjakan Covid-19, Pemkab Kudus Tambah 400 Tempat Tidur Isolasi
Ditambahkan dia, Pemkot Semarang juga telah menyiapkan sejumlah anggaran untuk menyelenggarakan haul sejumlah wali dan tokoh ulama di Kota Semarang. Saat ini yang tercatat baru ada 10 ulama.
Seperti haul Sunan Pandanaran Mugas, Kiai Sholeh Darat di Bergota, Kiai Cagak Luas (Syech Sulaiman) Patemon, Pati, Habib Hasan bin Thoha di Jalan Duku Lamper, Habib Thoha Depok (Mbah Depok), Mbah Sunan Terboyo di Gayamsari, Syekh Djumadil Qubro di Terboyo Kulon.
”Ada pula Kiai Dardak di Ponpes Luhur Kedondong Wonosari Ngaliyan, Kiai Sajad di Sendangguwo dan Sun Ang Ing di Kalibanteng Kulon. Yang terakhir masih menunggu kepastian informasi dari para ulama,” ungkap Ali lagi.
BACA JUGA: Bupati Jepara Pimpin Simulasi Bencana di Tempur, Instruksi DPP PDI-P
Bahtsul Masail yang dipimpin Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kota Semarang, Sa’dullah, juga menyetujui rencana pemugaran makam KH Sholeh Darat ini.
”Para peserta menolak desain akses masuk dan keluar melalui jembatan layang. Adanya tangga dan eskalator akan mengharuskan menggali tanah, dan itu berpotensi membongkar kuburan dan mengusik jenazah, yang justru dilarang dalam syariat Islam,” tegasnya.
Menurut kiai muda berambut gondrong ini, ulama membolehkan menertibkan kuburan, terlebih kuburan yang tidak terawat. Bangunan yang diharamkan yaitu kijing perlu ditertibkan.
BACA JUGA: BMKG Ingatkan Gelombang Tinggi, Nelayan Kebumen Tak Melaut
”Contoh penataan kuburan menjadi tertib dan rapi adalah, Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Fraksi PKB DPRD Kota Semarang, H Sodri, juga menyatakan siap mengawal program penataan makam Mbah Sholeh Darat, agar DPRD menyetujui anggarannya dan memastikan pada 2022 bisa dimulai pengerjaannya. ”Penataan prioritas adalah makam Kiai Sholeh Darat yang ada di Bergota, Randusari, Semarang,” terangnya.
Untuk Detail Engineering Design (DED), telah dibuat Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Dinperkim) Kota Semarang, dan sudah dipaparkan dalam Haul ke-121 KH Sholeh Darat, baru-baru ini.
BACA JUGA: Kemenkumham Gelar Dialog Keterbukaan Publik dalam Penyusunan RUU KUHP
Sedangkan Ketua PCNU Kota Semarang, KH Anasom, dan perwakilan keluarga keturunan KH Sholeh Darat, Agus Taufiq, mengungkapkan, selain menata bangunan makam, pemerintah juga perlu membentuk struktur pengelola makam.
Nantinya pengelola ini akan mengatur masalah parkir, kotak amal, dan mengurus kebutuhan kenyamanan peziarah.
”Keluhan para peziarah selama ini adalah, adanya pemalakan oleh preman di lokasi parkir. Selain itu ketidaknyamanan pengunjung oleh penjaga kotak amal maupun pengemis,” tukas dia.
Riyan-Sol