blank
Memakai masker harus menjadi kebiasaan baru masyarakat disamping menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dam mengurangi mobilitas.

Oleh : Hadi Priyanto

Jepara sejak seminggu lalu  kembali ke zona oranye atau risiko sedang penyebaran Covid-19. Sebelumnya Jepara telah masuk zona kuning atau tingkat risiko rendah. Sementara angka kematian komulatif masih cukup tinggi diangka 6 % lebih.

Disamping itu, jumlah warga yang terpapar virus Corona juga terus meningkat dengan angka positive rate yang cukup tinggi. Bahkan  dari  catatan SUARABARU.ID angka positive rate Jepara dalam 10 hari terakhir ini meningkat tajam rata-rata per hari lebih 21 persen.

Disisi lain,  target pemeriksaan PX Diagnostik  yang ditetapkan WHO dan pemerintah pencapaian Jepara relatif rendah. Untuk mencegah penyebaran Covid-19 Jepara memang mendapatkan target pemeriksaan per minggu sebanyak 1.275 orang untuk dilakukan testing swab.

Ini bagian dari tindakan 3 T yaitu  testing (pemeriksaan swab), trecing ( penelusuran kontak erat dan treatment (perawatan pada pasien yang terkonfirmasi. Ketiganya merupakan upaya utama penanggulangan Covid-19 yang berlaku internasional.

Namun Jepara pada minggu ke-16 hanya dapat melakukan pemeriksaan swab terhadap 558 orang ( 43,76 %), minggu ke- 17 sebanyak 615 orang ( 48,16 %), minggu  18 sebanyak 666 orang ( 48,18 % ).

Sementara pada minggu ke 19 menurun menjadi 385 orang atau 30,2 % dari taget mingguan sebanyak 1.275 orang. Target ini diambil  dari jumlah penduduk Jepara yang mencapai 1,2 juta jiwa.

Sedangkan semalam, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Jepara, Muh Ali kembali mengumumkan 22 orang warga Jepara yang terkonfirmasi Covid-19.

Jumlah tersebut didapat  dari pemeriksaan swab terhadap 158 orang. Ini berarti positif rate harian Jepara kemarin mencapai 13 % lebih. Angka ini masih sangat tinggi jika dibanduingkan dengan target WHO sebaganyak  5 %.

Membangun kepercayaan

Rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap skenario penanganan Covid-19 juga menjadi problem yang tidak mudah diurai. Gerakan  5 M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas  masih jauh panggang dari. Padahal prokes ini adalah cara terbaik kita hidup berdampingan dengan Covid-19 yang menurut para pakar akan tetap menjadi wabah dalam jangka waktu lama.

Ironisnya keteladanan para tokoh masyarakat baik formal maupun non formal juga relatif rendah. Kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat ini memang belum sepenuhnya berjalan efektif. Kondisi ini bahkan nampak bukan saja dipasar, tempat rekreasi, ruang publik  tetapi juga ditempat ibadah.

Pengelolaan komunikasi krisis juga tidak berjalan dengan baik. Dampaknya masyarakat menganggap Covid-19 telah selesai sebab yang disampaikan justru hanya keberhasilan.

Karena itu pasca liburan panjang, dikawatirkan akan terjadi ledakan Covid-19 di Jepara. Sebab  kendati larangan mudik telah diberlakukan, namun tudak juga berjalan efektif. Ribuan warga Jepara yang mudik, hanya sekitar 2.500 yang berhasil dipantau dan dilakukan pemeriksaa.

Sementara pembukaan obyek wisata dengan kapasitas yang diperbolehkan sebanyak 30 persen dengan penerapan  protokol kesehatan juga senyatanya tidak berjalan efektif. Hampir semua obyek wisata pembatasan dan penerapan protokol kesehatan tidak dapat berjalan maksimal.

Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah membuat mereka memilih kucing-kucingan dengan aparat kertimbang memakai masker dan tidak berkerumun. Tempat duduk diberbagai rumah makan yang ada dipingkir pantai jaraknya juga tidak diatur.

Kini melihat angka-angka penambahan Covid-19 serta kemampuan Jepara dalam melakukan  testing, trecing dan treatment membuat siapapun yang memahami bagaimana virus ini bekerja dan  cara pengendaliannya tentu saja merasa cemas. Sementara orang yang abai, nasih saja menganggap bahwa virus ini hanyalah rekayasa.

Penulis adalah Wartawan SUARABARU.ID Jepara