Hery Susilo S.Sn ketika memberikan meteri tembang Macapat Dhandanggula.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Wayang kulit bagi masyarakat Jepara masih merupakan seni tradisi yang disukai dan ditunggu kehadirannya. Buktinya saat musim hajatan tiba, selalu saja ada pagelaran wayang kulit setiap malam. Bahkan  di sejumlah tempat yang berbeda.

Karena itu  kota ini memiliki 45 orang dalang,  termasuk sejumlah dalang muda. Namun Jepara hanya memiliki sekitar  25 orang sinden, hingga saat ramai  pentas, harus didatangkan sinden dari berbagai kota seperti Kudus, Pati, Blora dan Purwadadi.

Untuk itulah Yayasan Marga Langit, Banjar Agung, Jepara menyelenggarakan pelatihan waranggana atau yang juga sering disebut sinden. Ada 19 orang yang sejak awal April lalu mengikuti pelatihan ini.

Latihan dilaksanakan di Pendapa Yayasan Marga Langit seminggu sekali. Sedangkan pelatih adalah Heru Susilo,S.Sn yang dikenal sebagai Heru Praba Kusuma, Suwarto atau Dimas Toti  dan waranggono senior Sri Mukti.

Pelatihan sinden di Yayasan Marga Langit Jepara

Uniknya peserta pelatihan berasal dari berbagai kalangan dan status sosial yang berbeda. Ada siswa SD, gadis remaja hingga ibu rumah tangga. Mereka juga berasal dari berbagai desa.

Dalam  kursus waranggana ini  ada 3 tingkatan yang harus diikuti peserta. Setiap tingkatan dibutuhkan waktu sekitar  4 bulan. Kemudian dilakukan evaluasi apakah seorang peserta layak masuk ketingkat selanjutnya atau harus memperdalam lagi pada tingkat yang dijalaninya.

Pelatihan tingkat pertama meliputi “titilaras” tembang macapat dan langgam. Sedangkan tingkat kedua  meliputi gerongan ketawang dan ladrang dan tingkat ketiga sindenan gending.

Pada  latihan yang berlangsung hari Minggu kemarin, Heru Susilo,S.SNn menyampaikan  materi tembang Macapat Dhandhanggula. Dengan seksama peserta menulis, menirukan, serta mengeja titi laras dilanjutkan dengan mencoba  menembangkan bersama.

Pada latihan  tersebut juga dihadiri waranggana senior Jepara, Sri Mukti. Ia  memberikan contoh berbagai versi model penembangan Macapat Dhandanggula.

Dalam kesempatan Sri Mukti  juga memberikan  motivasi serta dukungan kepada peserta pelatihan agar terus semangat dalam berlatih, sabar dalam proses. Ia juga menceritakan pengalaman suka dan duka menjadi seorang pejuang seni, waranggana.

Menurut Ketua Yayasan Marga Langit Hendroyono S.Sn, pelatihan tersebut adalah untuk mencetak waranggana-waranggana baru yang profesional dalam lingkup Kabupaten Jepara yang saat ini sangat kekurangan waranggana.

“Harapan kami dapat menumbuhkan bibit baru  dan sekaligus  regenerasi pesinden untuk menjaga budaya Jepara,” ujar Hendroyono yang juga ketua Pepadi Jepara.

Sementara pembina yayasan Marga Langit Hadi Priyanto memberikan apresiasi terhadap kreatifitas pengurus yayasan dalam menjaga kearifan seni budaya tradisional.

Hadepe