SEMARANG (SUARABARU.ID) Polda Jawa Tengah gelar Focus Group Discussion (FGD), Pencegahan dan penanggulangan Radikalisme dan Terorisme dengan tema “Terorisme Musuh Kita Bersama” di Polrestabes Semarang, Kamis (22/04/2021).
Kegiatan ini didasari atas maraknya paham Radikalisme yang tumbuh terutama di media sosial. Sehingga dengan diselenggarakan FGD ini, sebagai upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dan terkontaminasi paham radikalisme.
Pemerintah melalui BNPT telah berupaya menanggulangi paham radikalisme dan terorisme dengan menjalankan program deradikalisasi dan kontra radikalisasi, namun program tersebut dirasa kurang efektif karena hanya sampai pada tahap upaya mengubah perilaku dari radikal menjadi tidak radikal dengan tidak mencabut sampai ke ideologi yang tertanam, sehingga seringkali kelompok yang memiliki paham radikalisme tinggi akan kembali ke ideologi radikal yang semula.
Maraknya paham Radikalisme di tengah masyarakat, membuat pemerintah harus berfikir ulang, untuk membuat semacam tameng untuk mencegah paham radikal tersebut tumbuh subur di Indonesia.
Polri juga melakukan program serupa berupa kontra radikalisasi dengan sosialisasi melalui media sosial, dengan menanamkan paham nasionalisme dan UU No 5 Tahun 2018 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
“Adanya FGD ini, sebagai benteng bagi masyarakat agar tidak gampang dimasuki paham radikal terutama bagi kaum milenial,” terang Kombes Pol Ahmad Ramadhan Kabagpenum Ro Penmas Divhumas Polri.
Seperti yang dituturkan Kombes Pol Irwan Anwar, Kapolrestabes Semarang, pihaknya mengundang pembicara dari Mantan Mahasiswa Suriah, Muhammad Najih Arromadloni, Kabagpenum Ro Penmas Divhumas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan, Kasubbag Berita Bag Penum Ro Penmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono beserta tim Divisi Humas Polri lainnya.
“Melalui forum ini mudah-mudahan bisa menghadirkan semacam formula untuk mengatasi aksi terorisme yang belakangan ini kerap terjadi bukan hanya di Jawa Tengah,” kata Irwan.
Mantan Mahasiswa Suriah Muhammad Najih Arromadloni mengungkapkan, semua jaringan terorisme di Indonesia memiliki kaitan dengan Kota Solo, selain itu indikasi dan pola-polanya yang terjadi di Indonesia juga mirip dengan yang terjadi di Suriah.
“Dari segi aktor organisasinya kalo di Timur Tengah ada ISIS di Indonesia ada JAD, disana ada Al-Qaeda disini ada JI, disana Hisbun Tahrir disini ada Hisbun Tahrir Indonesia, ini adalah beberapa hal yang penting sekali disampaikan pada masyarakat,” jelas Najih.
Terorisme ini terjadi dipicu oleh banyak faktor ada faktor dendam, ketidakadilan, kekecewaan, kemiskinan tetapi selalu di pupuk dengan faktor utama yaitu ideologi sehingga apa yang dilakukan seseorang itu berdasarkan ideologi yang melegitimasinya.
Artinya, sesuatu yang sebetulnya adalah kejahatan karena dianggap sebagai ajaran agama, seseorang akan merasa menjalankannya sebagai sesuatu yang mulia atau ibadah.
Diharapkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang diundang dapat bersama-sama membantu Polri memerangi aksi terorisme di Indonesia juga memberikan pencerahan tentang agama yang benar yang sesuai dengan visi ketika Tuhan menurunkan agama dimuka bumi yaitu untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.
Absa