Memperkenalkan “Jiaozi” kepada Ibu-ibu PKK Kelurahan Srondol Kulon Semarang

Oleh: Anggraeni

SEMARANG, “Jiaozi” adalah makanan tradisional dari Tiongkok, kulitnya terbuat dari tepung terigu dan isinya bisa bermacam-macam mulai dari daging hingga telur. “Jiaozi” di Tiongkok sendiri adalah makanan khas ketika musim semi.

Ketika festival musim semi (春节) tiba, atau orang-orang Indonesia mengatakannya dengan imlek, biasanya di Tiongkok mereka mempunyai kebiasaan makan “Jiaozi” bersama-sama. Tradisi makan “Jiaozi” tidak hanya sekedar makan bersama saja, tetapi juga mulai dari membuat kulitnya, isinya dan membungkusnya semuanya dilakukan bersama-sama. Satu keluarga di satu meja besar, ada yang membuat adonan kulitnya, ada juga yang membungkusnya dengan isian yang sudah dibuat sebelumnya, ini adalah yang disebut dengan tradisi makan “Jiaozi”.

Kulit “Jiaozi” terbuat dari tepung terigu yang biasa untuk membuat mie, dicampur dengan air putih. Cara yang paling sederhana adalah campurkan air putih suhu ruangan ke dalam tepung sedikit demi sedikit sampai adonannya pas, tidak terlalu padat juga tidak terlalu encer. Ada juga yang mencampurkan tepung dengan air hangat lalu diuleni sampai pas, yang perlu diperhatikan adalah jangan menuangkan air langsung banyak ke dalam tepungnya.

Isian “Jiaozi” bermacam-macam, yang paling sederhana adalah oseng telur kucai. Kucai dipotong kecil-kecil, kocok telur di mangkok, kemudian tuangkan ke wajan yang sudah diberi minyak. Setelah itu, oseng telor tapi jangan sampai kering, dan masukkan kucainya. Aduk sebentar lalu angkat. Pada saat memasak, pastikan menggunakan api kecil.

Isian yang lain juga bisa dengan daging, bisa daging ayam, sapi atau yang lain. Di Tiongkok pada perayaan musim semi isian “Jiaozi” mempunyai variasi tambahan, seperti manisan, kastanya atau kacang, ada juga yang mengisinya dengan koin atau kata-kata bagus, sehingga ketika memakannya bisa mendapat keberuntungan sepanjang tahun.

Bentuk “Jiaozi” berbagai macam, setiap daerah punya caranya sendiri untuk membungkusnya. “jiaozi” setelah dibungkus lalu dimasak, caranya memasak terdapat beberapa varian, seperti dikukus (zhēng jiǎo), direbus (shuǐ jiǎo) atau digoreng panfried (jiān jiǎo).

Ibu-ibu PKK Kelurahan Srondol Kulon sebelumnya belum pernah mengenal “Jiaozi”. “Jiaozi” sendiri di Indonesia dikenal dengan pangsit, tetapi pangsit yang ada di Indonesia sudah mengalami perubahan dan penyesuaian dengan lidah orang Indonesia. Ketika kami tim dari Prodi Pendidikan Bahasa Mandarin UNNES memperkenalkan asal usul pangsit dari Tiongkok yang dinamakan dengan “Jiaozi” mereka menyambutnya dengan antusias.

Kami memperkenalkan “Jiaozi” kepada ibu-ibu mulai dari namanya, asal usulnya dan cara pembuatannya. Mulai dari bagaimana cara membuat kulitnya dan cara membungkusnya. Untuk isiannya kami saat itu membuatnya dengan menggunakan ayam yang dicincang halus dicampur dengan kucai dan bumbu-bumbu agar rasanya pas. Isian ayam cincang dan kucainya kali ini belum dimasak terlebih dahulu jadi isiannya masih mentah, tidak sama dengan cara membuat isian telur kucai yang sudah dimasak terlebih dahulu.

Ibu-ibu PKK terjun langsung mencoba bagaimana cara membuat kulitnya dan membungkusnya, mereka dengan antusias belajar bagaimana cara menggiling adonan menjadi kulit tipis lalu belajar bagaimana caranya membungkus. Setelah “Jiaozi” selesai dibungkus kami memasaknya dengan cara direbus. Lalu memakannya bersama dengan cocolan kecap asin diberi potongan cabe. Semoga dengan pengenalan dan pelatihan ini ibu-ibu PKK bisa mencoba dan memperkenalkan “Jiaozi” yang asli dari Tiongkok. (Suarabaru.id)