Literasi Humanis Ajarkan Anak Puasa Sejak Dini di Masa Pandemi
Oleh : Leli Nisfi Setiana, M.Pd.
BULAN Ramadhan sudah tiba, kaum muslimin bersiap menyamut dengan penuh suka cita. Meski bulan Ramadhan kali ini masih dalam suasana pandemi yang belum usai. Tak hanya orang dewasa, anak-anak juga merasakan euforia bulan puasa dengan penuh semangat. Akan tetapi, beberapa anak belum memahami arti puasa yang sesungguhnya. Kebanyakan anak-anak hanya mengetahui arti puasa adalah menahan haus dan lapar dari waktu sahur hingga berbuka puasa. Behkan kebanyakan dari mereka berpuasa dengan motivasi kelak saat lebaran tiba akan dibelikan baju, sepatu dan sandal baru.
Semangat berpuasa anak-anak tersebut merupakan kesempatan emas yang dapat ditangkap oleh orang tua dalam rangka menerapkan ajaran agama yang dapat dilakukan dengan pendekatan literasi humanis. Guru besar Unnes Prof. Dr. Ida Zulaeha, M.Hum mengungkapkan bahwa literasi humanis menjadi pilar penentu dalam hidup masyarakat multikulkural pada era revolusi industri 4.0 yang serba cepat, tanpa batas, dan tanpa tatap muka bisa berkomunikasi dengan orang yang beda budaya dan beda bangsa. Literasi humanis orang tua dalam mengajarkan berpuasa pada anak-anak adalah menjadi dasar penentu hidup anak kelak ketika sudah dewasa. Orang tua yang sukses mendidik anaknya dengan menanamkan pendidikan agama sejak dini, akan menjadikan anak ketika dewasa menjadi sosok anak yang beradab dan mudah berkomunikasi dengan orang lain.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengajarkan anak berpuasa dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Berikan edukasi tentang puasa di bulan Ramadhan
Fitrah seorang anak adalah bagai kertas putih tanpa noda. Orang tua menjadi tinta yang menggoreskan berbagai bentuk tuntunan ilmu dan sikap kepada anaknya. Edukasi mengenai puasa di Bulan Ramadhan mutlak perlu diberikan kepada anak yang akan mulai belajar berpuasa. Sehingga anak tidak penasaran lagi alasan mengapa dia harus bersusah payah menahan lapar, haus dan nafsu selama seharian. Selain itu, edukasi tentang puasa akan menjadi motivasi diri pada saat berjuang menyelesaikan belajar berpuasanya.
- Beri contoh berpuasa
Orang tua perlu memberikan contoh cara berpuasa mulai dari sahur hingga waktu berbuka puasa.
Pada saat memberikan contoh berpuasa, hendaknya orang tua juga memberikan contoh kegiatan sehari-hari agar anak memahami bahwa meski berpuasa, tetap dapat melaksanakan aktivitas. Ketika menjelang sahur dan berbuka puasa, orang tua dapat mengejak serta anak-anak dalam mempersiapkan hidangan agar anak merasa bersemangat dan sekaligus melatih anak bersikap tolong-menolong.
- Tidak memaksakan
Pada saat menjelang bulan Ramadhan, orang tua dapat melakukan diskusi bersama anak apakah sudah siap untuk belajar berpuasa ataukah belum siap. Meski anak masih usia dini, anak dapat diajarkan berpuasa setengah hari terlebih dahulu, hingga berangsur-angsur anak belajar berpuasa sampai waktu berbuka puasa tiba. Hal ini dilakukan secara perlahan agar anak tidak merasa berat dalam belajar berpuasa dan tidak membuat anak trauma untuk belajar berpuasa kembali di bulan Ramadhan tahun berikutnya.
- Ajarkan Anak Berbagai Tradisi di Bulan Ramadhan
Untuk semakin meningkatkan semangat belajar puasa anak, orang tua dapat mengenalkan berbagai tradisi di Bulan Ramadhan seperti shalat tarweh, ngabuburit dan TPQ. Ajak anak shalat taraweh bersama di masjid, maka anak akan merasa senang bertemu dengan teman-temannya di masjid. Orang tua juga dapat mengajak anak ngabuburit dalam rangka menghibur anak ketika sudah mulai sore dan lelah berpuasa, ngabuburit bersama anak bisa dilakukan dengan bersepeda santai, bermain dengan anak atau berkebun disekitar rumah. Menjelang sore orang tua dapat mengajak anak belajar di TPQ, sembari menunggu waktu berbuka puasa anak mengaji sekaligus mendapatkan ilmu dari pak ustadz.
- Perhatikan Nutrisi Anak
Pada tahap belajar berpuasa hendaknya orang tua tetap memperhatikan asupan nutrisi yang terkandung dalam makanan anak di waktu sahur dan berbuka puasa. Berikan selalu makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna, agar ketika anak menjalankan puasa imun tetap terjaga khususnya pada masa pandemi saat ini.
- Berikan Reward
Apabila orang tua memiliki kemampuan lebih, maka dapat memberikan reward kepada anak setelah dia berhasil menjalankan ibadah puasa baik itu puasa setengah hari, maupun puasa satu hari full. Bentuk reward bisa berbagai macam, misal anak diizinkan membeli makanan kesukaan untuk disiapkan menjelang berbuka puasa. Hal tersebut akan menumbuhkan motivasi dan semangat tinggi oleh anak dalam menjalankan puasa full sehari. Tidak perlu memberikan reward yang berlebihan dan berakibat menjadikan anak manja dan sombong.
Pandemi menjadikan kita untuk lebih banyak beraktivitas di rumah, sehingga salah satu hikmahnya adalah semakin meningkatnya keharmonisan keluarga. Melalui literasi humanis demikian tadi beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengajarkan anak-anak kita belajar berpuasa. Namun, yang paling utama adalah sikap lembut, sabar dan penuh kasih sayang dari orang tua dalam mendampingi anak-anak berproses menjadi anak sholeh dan sholehah. Semoga anak-anak kita dapat selalu istiqomah dan semangat dalam belajar menjalankan ibadah puasa. (Penulis : Leli Nisfi Setiana, M.Pd., Dosen PBSI FKIP Unissula)
Suarabaru.id