blank
Miransa Kare, perempuan suku minoritas Muslim Uighur lulusan kamp vokasi Xinjiang tahun 2019, menunjukkan foto bersama suami dan anaknya di depan awak media lokal dan asing di Beijing, China, Rabu (10/2/2021). Perempuan yang kini menduduki posisi sebagai ketua penggerak kaum perempuan di Kota Kashgar itu mengaku sedang merencanakan kelahiran anak kedua seiring dengan kebijakan pemerintah China yang mengizinkan warganya memiliki anak lebih dari satu. Antara

BEIJING (SUARABARU.ID) – Kemarahan terhadap Nike Inc meletus di media sosial China pada Rabu (24/3/2021) malam setelah warganet China melihat pernyataan dari perusahaan raksasa produsen barang-barang olahraga itu yang mengatakan pihaknya “prihatin” dengan laporan kerja paksa di daerah Xinjiang.

Pihak Nike dalam pernyataannya menyampaikan bahwa mereka tidak menggunakan kapas dari daerah tersebut.

Pada Kamis (25/03/2021), topik seputar pernyataan Nike itu termasuk di antara topik dengan tren tertinggi di Weibo media sosial seperti Twitter di China, dan badai kritik di media sosial itu memiliki dampak yang lebih luas.

Baca Juga: Malaysia Kirim Balik Sampah Plastik dari AS di Bawah Aturan Baru PBB

Aktor populer asal China Wang Yibo memutuskan kontraknya sebagai perwakilan Nike untuk menanggapi kritik media sosial atas pernyataan Nike soal Xinjiang, kata agensi yang menaungi Wang dalam sebuah pernyataan di Weibo, Kamis (25/03/2021).

Tidak jelas kapan Nike mengeluarkan pernyataannya karena tidak tertera tanggalnya, dan Nike belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

“Kami prihatin dengan laporan kerja paksa di, dan terkait dengan, Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR),” kata Nike dalam pernyataan itu.

Baca Juga: Perusahaan di Silicon Valley Tak Terburu-buru Buka kantor

“Nike tidak mengambil produk dari XUAR dan kami telah mengonfirmasi dengan pemasok kontrak kami bahwa mereka tidak menggunakan bahan tekstil atau benang pintal dari wilayah tersebut,” demikian pernyataan Nike itu.

Pernyataan Nike itu muncul setelah Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris dan Kanada pada Senin (22/3/2021) memberlakukan sanksi terhadap sejumlah pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. China membalas hal itu dengan sanksi terhadap para anggota parlemen dan institusi Eropa.

Setidaknya satu perusahaan pengecer daring China tampaknya menolak produk H&M di tengah serangan media sosial pada Rabu terhadap perusahaan Swedia tersebut karena mengatakan pihaknya “sangat prihatin” tentang laporan kerja paksa di wilayah paling barat China, Xinjiang

Ant-Claudia