”Hasil ini masih perlu evaluasi. Masih ada peserta yang memunculkan gambar atau pun ilustrasi rokok dan kegiatan merokok. Konten itu langsung kami gugurkan,” komentar Irwa Zarkasi, salah satu juri yang juga dosen UAI.
Sebenarnya dalam pembekalan sudah diberitahukan syarat-syarat konten yang boleh disertakan. Tidak boleh ada gambar atau ilustrasi rokok, apalagi kegiatan merokok.
Berbagai komentar pelaksanaan pengabdian masyarakat ini juga disampaikan masing-masing tim Kelompok 2.
BACA JUGA: WOM Finance Gelar Aksi Tanam Ribuan Pohon
”Kami cukup senang, karena hasil pre test dan post test pasa saat pembekalan, kami menemukan adanya peningkatan kesadaran peserta atau mahasiswa, akan pentingnya pengendalian tembakau,” tambah Marhaeni Fajar Kurniawati, anggota juri dan tim pengabdian masyarakat dari Uniska Banjarmasin.
Berdasarkan hasil penelitian itu, salah satu pemateri dan tim pengabdian masyarakat, Masduki (dosen UII), menyampaikan harapannya, program ini akan terus berlanjut.
Dia pun optimistis, literasi pengendalian tembakau di kalangan mahasiswa cukup strategis.
BACA JUGA: Keberadaan WNA di Dalam Negeri Selalu Diawasi, Mengapa?
”Mahasiswa adalah sasaran utama produk tembakau. Oleh karena itu mereka perlu berpikir kritis, terhadap upaya-upaya promosi produk tembakau,” kata Ading, sapaan akrabnya.
Beberapa komentar positif itu, juga diamini Frida Kusumastuti, dosen Komunikasi UMM, yang menjadi Ketua Kelompok 2.
”Ada beberapa ide untuk kelanjutan program ini yang telah kami diskusikan. Yang jelas, peran akademisi komunikasi masih bisa dimaksimalkan untuk mendukung upaya Seatca, dalam isu pengendalian tembakau,” tukas Frida.
Riyan