MAGELANG (SUARABARU.ID) – Kampung religi yang menjadi janji kampanye Wali Kota Muchamad Nur Azis dan Wakil Wali Kota M Mansyur akan direalisasikan mulai tahun ini.Yang menjadi pilot proyek kampung religi adalah Kelurahan Wates, yaitu di sekitar Masjid Sirojul Huda.
‘’’Kampung religi semacam simbol, bahwa di kampung itu benar-benar sudah menjalankan visi religius,’’ tutur Mansyur beberapa hari lalu.
Menurutnya, dilihat dari pembangunan fisik, pembangunan di kota ini sudah sangat baik. Tetapi dari segi religi masih sebatas jargon.
Dia yang juga salah satu tokoh agama mengemukakan, di beberapa daerah yang tidak ada slogan religi malahan lebih religius. Sebaliknya Kota Magelang yang slogannya kota religius belum menuju ke arah pemahaman religius yang sebenarnya.
Dia memberi contoh Sragen dan Kebumen. Dua daerah itu lebih religius tanpa menggunakan slogan religius. Salah satu contoh yang terlihat ornamen asmaul husna di sepanjang jalan masuk kawasan tersebut.
‘’Insya Allah mulai saat ini kami melakukan ikhtiar melalui kampung religi bagaimana keimanan dan ketaqwaan masyarakat meningkat,’’ terangnya, beberapa hari lalu.
Mantan Kepala Kantor Depag Kabupaten Temanggung itu berharap, salah satu semarak kampung religi adalah jamaah shalat subuh itu bisa seperti shalat Jumat. Semua masyarakat terutama di sekitar masjid berbondong-bondong ke masjid seperti layaknya shalat Jumat.
‘’Kalau zuhur, asar, magrib dan isya mungkin masih banyak masyarakat yang bekerja atau kegiatan rutinitas lainnya. Tapi pada saat shalat subuh semua berada di rumah, sehingga mereka bisa datang ke masjid semua,’’ tuturnya.
Pengasuh Ponpes Sirojul Huda itu menerangkan, kampung religi lebih kepada pembinaan rohani bukan pembakaran rohani. Kalau dibakar rohaninya malah menjadi masalah dan terjadi konflik. Dengan pembinaan rohani itu masyarakat hatinya adem, damai, dalam menjalani kerukunan umat beragama.
Dia mencontohkan, dalam ritual Islam misalnya, ada yang tahlil-yasin dan subuh menggunakan qunut. Itu tidak usah diperdebatkan dan dipermasalahkan karena menjadi konflik. Justru semuanya harus saling menjaga dan menghormati, karena masing-masing orang memiliki keyakinan dan madzhab sendiri-sendiri.
‘’Saya berharap kampung religi ini benar-benar menjadi penggemblengan mental spititual bagi masyarakat, sehingga dengan adanya program ini keimanan dan ketaqwaan meningkat,’’ terangnya sembari berharap, dengan adanya kampung religi maka tidak ada lagi yang mabuk-mabukan, narkoba, pencurian dan sebagainya.
Penulis : prokompim/kotamgl
Editor : Doddy Ardjono