Belajar Daring Bikin Garing
Oleh: Ira Alia Maerani & Eksanti
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) alias belajar daring (dalam jaringan) genap satu tahun di masa pandemi Covid-19 ini. Pembelajaran tatap muka di dalam kelas belum juga dilakukan di semester genap tahun ajaran 2020/2021 ini. Ruangan kelas di banyak sekolah nyaris tanpa aktivitas. Para pelajar belajar di rumah. Demikian pula yang terjadi di Desa Kedungrejo, Kabupaten Rembang. Desa ini terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Gawaran, Mbesi, Jombok, Nggundi Wetan dan Nggundi Kulon.
Proses pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD) pun dilakukan secara daring. Siswa diminta mengambil tugas di sekolah kemudian dibawa pulang dan dikerjakan di rumah. Guna menghindari kerumunan maka hanya pada hari-hari tertentu yang dijadwal, siswa mengambil tugas dan mengumpulkan tugas. Agar tidak terjadi penumpukan siswa di hari yang sama.
Peran guru di sekolah diambil alih oleh orang tua di rumah. Belajar daring membuat sebagian orang tua gigit jari. Merasa kurang menguasai materi dan tak paham akan penggunaan teknologi IT.
Belajar daring biking garing
Awalnya, kata garing digunakan oleh orang-orang yang berlatar Sunda (Jawa Barat). Garing sendiri artinya dalam Bahasa Sunda adalah kering. Bisa pula diartikan hampa, hambar, tidak mengena. Istilah ini kerap digunakan oleh anak mileneal saat ini untuk mengekspresikan sesuatu yang dianggap hampa atau kurang mengena (kurang tepat sasaran).
Seperti diketahui, dalam pembelaran jarak jauh (PJJ) ini penyampaian tugas atau materi disampaikan melalui e-learning melalui perangkat handphone atau laptop dengan bantuan sinyal internet. Para siswa tidak berkumpul di dalam kelas, pada saat guru menyampaikan materi dan atau saat mengerjakan tugas. Otomatis guru tidak mengetahui secara persis apakah materi sudah diterima dengan baik oleh siswa atau belum. Demikian pula tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa apakah orisinil buatan mereka atau dibantu orang tua atau menyontek dengan teman-temannya. Atau dikenal dengan isitilah copas (copy paste).
Problem berikutnya adalah melek teknologi ternyata bukan hal yang mudah bagi orang tua yang kemudian mengambil peran guru dengan menjadi guru dadakan bagi anak-anak mereka. Materi pelajaran yang berbeda dengan yang diterima para orang tua saat menjadi murid SD beberapa tahun silam menjadi problem tersendiri. Sebagian orang tua mengeluh. Merasa kurang mumpuni. Baik dari segi keilmuan maupun problem teknologi ini.
Berdasarkan kondisi riil di lapangan itulah yang membuat mahasiswa Unissula yang sedang Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Kelompok 187 di Desa Kedungrejo membuat program kerja bimbingan belajar gratis bagi para pelajar SD di Dusun Gawaran. Bimbingan belajar terkait tugas-tugas di sekolah yang mereka tidak mampu. Seperti pelajaran Matematika yang perlu untuk dijelaskan. Guna mengurangi kerumunan maka bimbingan belajar hanya dilakukan di hari Jum’at, Sabtu dan Ahad dengan tetap menjaga protokol kesehatan, seperti: Menggunakan masker; jarak berjauhan sekitar 2 meter; tidak terlalu banyak siswa yang dilibatkan; senantiasa menggunakan handsanitizer atau mencuci tangan.
Pelajaran yang juga menarik bagi para siswa adalah Bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa baru bagi mereka. Apalagi jika disajikan dengan bahasa yang kocak dan menyenangkan tentu saja menarik untuk diikuti. Seraya disajikan dengan media pembelajaran yang menarik. Terlebih ketika ditampilkan dengan gambar-gambar atau musik yang ada di gadget. Sekaligus mengarahkan siswa untuk menggunakan gadget secara cerdas dan bijak.
Menggunakan gadget dalam rangka memperoleh ilmu, informasi dan tausiyah agama. Untuk itu mulai diarahkan untuk membuka aplikasi atau konten yang mendukung. Hal yang juga disosialisasikan pada para siswa adalah untuk tidak membuka hal-hal yang berbau pornografi, kekerasan, judi online dan permainan (game online). Informasi ini dikaitkan dengan ilmu agama bahwa mata kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh akan apa yang sudah dilihat. Jika baik, maka berbalas pahala. Jika melihat yang buruk, maka dosa balasannya. Penyampaiannya pun tentu saja dengan menggunakan “bahasa bocah”.
Melalui salah satu program kerja bimbingan belajar ini, mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang tetap melaksanakan Kegiatan KKN, meskipun bertempat di daerahnya masing-masing. KKN ini disebut dengan KKN TEMATIK Periode XI tahun 2021. TEMATIK adalah bentuk model pembelajaran terpadu yang menggabungkan suatu konsep dalam beberapa materi, pelajaran atau bidang studi menjadi satu tema atau topik pembahasan tertentu sehingga terjadi integrasi antara pengetahuan, keterampilan dan nilai yang memungkinkan mahasiswa aktif menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik. (Dr. Ira Alia Maerani, dosen Fakultas Hukum dan DPL KKN UNISSULA & Eksanti, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi UNISSULA)