blank
Ganjar bersama Siti Atikoh mencoba soto racikan Jack Harun, mantan napiter yang kini menjadi penjual soto. Foto: dok/ist

Jack seringkali mendapat peran sebagai pelaku yang memutuskan kapan waktunya bom diledakkan atau disebutnya dengan istilah “timer”. Dia juga pernah terlibat perampokan bersama Nordin M Top, di sebuah perusahaan di Malang.

”Tapi sekarang saya sudah bertekad kembali ke pangkuan pertiwi, dan berbaur dengan masyarakat. Warung soto ini salah satu caranya. Di warung ini pernah ada beberapa eks napiter yang bekerja di sini secara bergantian,” ujar bapak dari enam anak ini.

Tidak semua pekerja Jack adalah eks napiter. Satu di antaranya seorang remaja non-Muslim. ”Kebetulan dia sedang libur, karena ibadah ke gereja,” ungkap pria kelahiran Kulonprogo, 1 Desember 1976 ini.

BACA JUGA: Borobudur Highland akan Menjadi Kawasan Pariwisata Terpadu Berbasis Resort

Warung yang terdapat 10 meja dan 20 bangku ini, buka mulai pukul 05.30 WIB dan tutup pukul 10.30 WIB. Sekali dalam sebulan, yaitu pada Jumat pertama, Jack mengratiskan seluruh dagangannya untuk masyarakat.

”Namanya Jumat Barokah, semua penggunjung gratis makan di sini. Dengan mengadakan seperti ini, setidaknya setiap bulan ada orang yang nganggeni saya,” ungkap Jack seraya tertawa.

Ganjar yang mendengar cerita itu pun, mengapreasi cara Jack Harun. Menurut Ganjar, Jack Harun tidak sulit diterima kembali oleh masyarakat, karena ada niat dari yang bersangkutan.

BACA JUGA: Sengketa Tanah Berakhir Damai, Kapolsek Petarukan Nyatakan Ada Kesalahpahaman 

”Ini adalah cara reintegrasi sosial yang menarik. Selain berwirausaha bikin warung soto, yang menurut saya ueenakk ini, Mas Jack juga sering memberikan edukasi terhadap anak-anak muda, tentang bahaya terorisme dan radikalisme,” tutur Ganjar.

Dia juga menyebut, pemerintah akan memberikan dukungan lewat program-program bagi eks napiter, supaya dapat diterima baik oleh masyarakat.

”Kalau mereka bekerja sesuai passion-nya, itu enak. Karena pemerintah tinggal memberikan kebutuhannya apa saja. Tapi kalau mereka belum punya keterampilan, maka kami perlu memberikan pelatihan dulu,” terang Ganjar.

blank
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berbincang dengan Jack Harun, sebelum melanjutkan gowes. Foto: dok/ist

Riyan-Sol