TEMANGGUNG (SUARABARU.ID)- Pemerintah Kabupaten Temanggung melakukan terobosan dengan meluncurkan program “Mustika Desa”. Program tersebut untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial di masa pandemi covid-19 ini.
“Mustika Desa atau singkatan dari Masyarakat Unggul Sejahtera dengan Tani Pekarangan dan Desa Bebas Sampah, bertujuan J untuk meningkatkan kemandirian desa, meningkatkan ekonomi rumah tangga dan mewujudkan lingkungan yang lestari,” kata Bupati Temanggung M Al Khadziq, Sabtu (30/1).
Khadziq mengatakan, inovasi tersebut merupakan program berkelanjutan jangka panjang. Dan, semua unsur masyarakat sampai di tingkat RT dilibatkan aktif, sehingga ada kesinambungan antara masyarakat dengan pemerintah.
Menurutnya, dalam program tersebut mengkolaborasikan potensi modal social dan lingkungan antara pemerintah dengan kelompok masyarakat.
“Diharapkan dengan cara ini, ada stimulus untuk menumbuhkan kepedulian bersama bagaimana memulihkan ekonomi, terutama yang terdampak Covid-19,” ujarnya.
Ia menambahkan, adapun target dari program ini yakni, penurunan jumlah keluarga miskin, melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Dalam penerapannya berkoordinasi dengan komunitas peduli lingkungan.
Khadziq mengatakan, Temanggung merupakan kabupaten yang sebagian wilayahnya tersebar di 266 desa yang ada di 20 kecamatan tersebut , maka pemulihan ekonominya pun berpijak pada desa.
Pembentukan
“Mustika Desa” tersebut berlatarbelakang tantangan pencapaian pembangunan di tahun 2021. Dengan target tingkat kemiskinan 10,35 persen, tingkat pengangguran terbuka 3,10 persen.
“Kemudian pertumbuhan ekonomi 3,85 persen, pendapatan perkapita 29.800.000,00. Selain itu, kapasitas pengelolaan sampah 35,04 persen, dan prosentasi desa 13,16 persen,”katanya.
Kepala Bappeda Temanggung, Ripto Susilo mengatakan, tani pekarangan dan desa bebas sampah menjadi prioritas utama Pemkab Temanggung sepanjang 2021. “Program ini dinilai selaras dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2021 untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan reformasi sosial,” katanya.
Ia menjelaskan pada tani pekarangan dipadupadankan dengan peternakan sehingga hasilnya juga bisa dikonsumsi setiap rumah tangga. Dengan harapan kebutuhan akan gizi bisa terpenuhi tanpa mengeluarkan biaya khusus. Adapun sasaran jangka panjangnya adalah pada pencapaian kesehatan serta pendidikan.
Ripto mengatakan, saat ini untuk desa bebas sampah sudah dibentuk Dewan Persampahan, fasilitator persampahan, hingga pegiat sampah rumah tangga.
“Masing-masing rumah tangga dibina agar memilah sampah di rumah, kemudian diolah menjadi komposter, didaur ulang menjadi sumber ekonomi. Lalu hanya sampah residu nantinya yang akan diambil untuk dibawa ke TPA,” jelasnya.
Yon-wied