Nyadran Sepujud
Tradisi nyadran yang dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadan oleh masyarakat Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, ( 14/2/2025) cukup uni. Yakni masyarakat membawaa makanan yang dimasukkan ke dalam keranjang anyaman bambu. Penggunaan keranjang anyaman bambu tersebut, juga untuk mengurangi limbah plastic. Foto: W. Cahyono

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID).  Masyarakat Desa Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung menggelar tradisi nyadran di pemakaman umum Sepujud ( Suralaya), Jumat ( 14/2/2025).

Pemakaman Sepujud tersebut berada di sebuah bukit yang ada di Dusun Gunung Kekep, Desa  Kupen, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung terdapat makam  Kyai dan Nyi Honggo Potro yang dipercaya sebagai cikal bakal masyarakat Desa Soropadan.

Pada tradisi nyadran yang dilaksanakan menjelang bulan suci Ramadan tersebut, masyarakat membawa makanan  yang dimasukkan  ke dalam keranjang anyaman bambu.

Nyadran Sepujud
Ketua Panitia Nyadran Sepujud, Agus Sarwono. . Foto: W. Cahyono

“Penggunaan keranjang dari anyaman bambu tersebut , selain untuk menjadi ciri khas tersendiri acara nyadran di pasarean Sepujud. Juga untuk mengurangi limbah plastik, “kata Ketua Panitia Nyadran Sepujud, Agus Sarwono.

Agus mengatakan, penggunaan keranjang anyaman bambu untuk tempat membawa makanan  pengganti  tas plastik tersebut telah dilakukan sejak  lima tahun lalu. Sebelumnya, setiap kegiatan nyadran di Pasarean Sepujud, selalu menggunakan tas plastik yang tidak ramah lingkungan.

“Kami menghimbau agar seluruh warga yang ikut nyadran ini tidak membawa tas plastik., Ini dilakukan sebagai salah satu kampanye pengurangan penggunaan plastik,” katanya

Ia menambahkan, tradisi nyadran di pasarean tersebut selalu dilaksanakan bertepatan hari Jumat  Pahing ( penanggalan Jawa), di bulan Syaban.

Pada tradisi nyadran tersebut tidak mengenal acara makan bersama di lokasi nyadran. Melainkan, makanan yang dimasukkan ke dalam keranjang tersebut, setelah doa bersama selesai,  lalu dibawa pulang ke rumahnya masing-masing.

“Setiap orang yang datang diberi satu keranjang yang berisi makanan tersebut. Sedangkan, masing-masing kepala keluarga wajib membawa lima keranjang makanan, lalu ditukarkan dengan keranjang milik keluarga lainnya. Bila ada sisa, maka makanan tersebut dibagi-bagikan kepada orang yang memerlukannya,”ïmbuhnya.

Tradisi nyadran  di Pasarean Sepujud tersebut,  tidak hanya dihadiri oleh masyarakat Desa Soropadan saja. Melainkan, orang-orang yang berasal dari berbagai kota dan mempunyai keluarga di Soropada juga menyempatkan untuk hadir.

Esterika Della Septi Kuswardhani ( 29)  yang pernah menjadi warga Desa Soropadan yang kini menetap di Salatiga mengaku, setiap nyadran tiba,dirinya  menyempatkan diri untuk pulang ke Soropadan, mengikuti tradisi nyadran . Karena,  tradisi nyadran  di Soropadan ini masih  tetap dilestarikan. Selain itu ia juga merupakan  salah satu canggah dari Eyang Diporedjo yang dimakamkan di pasarean tersebut.

“Di Pasarean Sepujud ini, terdapat makam eyang Diporedjo yang merupak eyang cangah saya. Juga ada makam  Eyang Siswo Pramudjo yang merupakan eyang saya,”katanya.
Selain itu, Esterika  menambahkan, dirinya datang ke acara nyadran , karena, sebagai generasi muda ingin melestarikan budaya Jawa yang adiluhung. Juga kompleks pemakaman umum Sepujud ini merupakan satu-satunya  makam yang ratusan tahun telah ada di Desa Soropadan. W. Cahyono